Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tentang Wanita yang Terhimpit Laki-laki di Kereta

8 Maret 2023   22:48 Diperbarui: 9 Maret 2023   15:58 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto: Drae Dickason - Pixabay)

Wanita muda. Sore itu, tumpukan penumpang menunggu kereta. Tepat pukul 18.15 kereta tiba di Stasiun Manggarai. Semua penumpang mulai bersiap-siap mencari tempat terbaik untuk menikmati kepulangan. 

Seperti biasa, waktu selalu menyesakkan untuk menunggu kereta yang perlahan datang. Pintu dibuka, penumpang keluar dengan tergesa-gesa. seperti kesetanan, wajah-wajah memerah, tanpa pandangan, seolah sudah begitulah awal dengan keadaan.

Sementara penumpang di luar, mulai berdesak-desakan mendekat pintu kereta. Begitu penumpang terakhir keluar dari kereta, riuh penumpang mulai memasuki gerbong-gerbong kereta. Sore itu memang hanya tersedia hanya sepuluh gerbong. Tak bisa dihindarkan, suasana mencekam pun terjadi, berdesakan masuk ke dalam gerbong. Sebuah situasi yang tidak mengenal usia; anak, remaja, orang tua, bahkan nenek-nekek ikut berebut kereta Manggarai menuju Cikarang. 

Belenggu kaku merangkulku begitu kuat. Sesaat bunyi kereta seperti mengajakku memerahkan hati. Dan segala keingian kan sampai, di ujung jalan rel ini segalanya musti kembali. Wanita di antara laki-laki itu diam terpaku, tak bergerak, tak melihat apapun. Diam menyapa dan memikirkan pada siapa sebenarnya ia pulang.

Tenaga-tenaga berbalut kekuatan itu menekan, pelan dan menggundang. Kala semakin banyak manusia berdesak dalam ruang sempit bergejolak. Kereta itu menggerus dan merengut wanita yang terjepit diantara laki-laki yang terkira. Seolah rayuan hadir menggila, dalam suara kereta segalanya bermula dan akhir. 

Seharusnya wanita itu tidak berdiri. Langkah pastinya tak begitu kuat dan hanya menyiksa. Terus saja melaju dan aku semakin tak menentu; rasa tersungkur dalam nasib terluka. Meski ditangannya dunia terkuasai dalam secarik layar segala mengada dan menggila. 

Di tengah segala gejolak, desakan kuat semakin menyiksa, dan wanita itu mulai menuliskan kata-kata, menutur segala rasa. Agar dia yang menunggu kembali merasa sebagai sahabat satu kata. Rangkaian kata ditulis, meski tak sanggup menatanya dalam puisi bermakna. Kata-kata itu, ditulis dalam layar kecil sebagai penanda perjuangan untuk kembali pulang.

Riuh kembali pulang
Tersungkur gelap teruntai
Dalam relung terus berjuang
Dalam dekap kosong
Sang pujaan

jalan melalu memadu
Kala ujung senja tiba tiada
Berjalan arah tak tentu
Kembali pulang
Pilihan mengekang

Hari ini aku berdiri
Di antara kekuatan tangan
Menggerak  tak tentu
Dalam paksa remuk redam
Diam sudah segala rencana

Roda-roda berjalan
Bergontai menggulung nasib
Mengantar sekian juta manusia
Pulang tanpa tujuan
Kembali tanpa harapan
Segalanya menuntut irama
Tak sama termakan duka
Karena di rumah
Cinta dalam sapa nestapa

Kereta ini mengantarku
Pulang tanpa tujuan
Meski di sana wajah pujaan
Merenda kenangan
Hilang dan terus melayang

Aku sendiri
Terdesak
Tertunduk
Terdiam
Sampai stasiun itu
Tak berujung

Wanita muda tak menyerah. Dalam napas setengah perjalanan belum usai puisi nan sempurna. Ketegaran tergambar dalam seraut wajah, dalam besutan warna tak berbekas. Semua tetap berjalan. Wanita itu tetap diam. Sementara laki-laki lain mulai tak kuasa menahan kantuk menata. Wanita itu tetap terjaga, terus terjaga, sampai usia waktu menjelma. 

Kini wanita itu tetap terdiam di antara laki-laki yang menutup matanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun