Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Freakonomic" 2018, Berlari di Jalur Gelinding Bola Salju

23 November 2017   15:51 Diperbarui: 26 November 2017   15:25 4941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.fotolia.com/id/129183379

Untuk startup skala besar, tahun 2018 akan menjadi fase evaluasi dari para investor yang selama beberapa tahun terakhir ini rajin menyuntikkan dana. Karena beberapa, ada yang sudah disuntikkan dana sejak 5 tahun lalu, jika tidak terlihat tanda-tanda pertumbuhan, bisa bernasib sama dengan startup kelas menengah. Alih-alih menuai kapital, yang ada justru terpental.

Ketiga adalah Fintech, setelah aplikasi traveling, layanan antar dan sosial, maka ini mainan baru di industri digital. Mulai nge-hit 3-4 tahun terakhir, belum banyak startup bidang ini yang teruji, beda dengan startup kategori lainnya yang sudah merasakan sebagian dari fase awal life cycle. Maka belum terlihat tanda-tanda perjalanan arahnya ke mana. Namun yang jelas, masa depan industri keuangan ada disini (8).

Namun pertanyaannya, siapakah pemainnya? Sulit untuk menafikan perbankan, yang sudah punya segalanya, infrastruktur, teknologi dan orang, tinggal meluncurkan produk digitalnya. Rasanya, fintech di Indonesia akan sulit mengejar perbankan, kecuali bank yang tetap bertahan dengan layanan konvensional.

Bagaimana dengan yang bukan dimiliki bank, maka harus bekerja sama dengan bank, atau lembaga keuangan lainnya, yang punya infrastruktur dan orang. Jika hanya mengandalkan uang dari investor, maka bukan tak mungkin bernasib sama dengan startup kategori lainnya sebagaimana di bahas pada poin dua diatas. 

Karena bagaimanapun juga, aplikasi keuangan ini pada dasarnya layanan perbankan yang disampaikan tidak menggunakan orang, namun teknologi.  Karena konsep-konsepnya, semua sudah dimiliki oleh bank pada umumnya. Mulai dari crowdfunding (dalam hal ini saving) dan lending, semua fitur ini ada di bank, dengan sejarah dan perjalanan bisnis puluhan tahun yang mereka miliki, maka tidak akan mudah di gantikan oleh pelaku Fintech biasa.

Namun tantangan dunia perbankan tahun depan, jelas bukan Fintech. Tapi bagaimana mereka bisa bertahan dan sedikit meraih rejeki. Karena jika rapor 2017 yang jadi tolak ukur, jelas sudah warnanya merah. Mari kita bahas..

Turbulen Perbankan (juga properti)

Gimana nggak merah, NPL perbankan saat ini menembus angka psikologis 3 persen dalam dekade terakhir, dan ini sudah dimulai sejak 2013. NPL adalah non performing loan, semakin tinggi, maka semakin banyak kredit bermasalah, dan ini yang di takutkan para banker, karena akan menguras laba bank (9). 

Belum lagi dengan penyaluran kreditnya yang masih rendah, sekalipun statistik menunjukkan peningkatan dari tahun lalu, namun perlu juga dicatat, pertumbuhan kredit banyak disumbangkan dari proyek infrastruktur yang saat ini sedang dibangun pemerintah, itupun hanya dinikmati oleh segelintir bank pemerintah saja. Jika angka kredit infrastruktur ini dikeluarkan, maka akan terlihat data sesungguhnya (real) bahwa pertumbuhan kredit perbankan mungkin saja tidak besar.

Padahal kredit perbankan adalah cerminan dari perekonomian. Jika kreditnya tak tumbuh, maka artinya tidak ada investasi. Jika tidak ada investasi, maka tidak ada pertumbuhan. Ini yang menjelaskan, kenapa pertumbuhan Indonesia yang katanya dikisaran 5%, namun pertumbuhan kredit perbankan sampai dengan akhir Mei 2017, 10,39%. Padahal idealnya, pertumbuhan kredit adalah tiga kali dari pertumbuhan nasional. Maka angka cantiknya, adalah 15%.

Rasanya berani menyimpulkan, bank secara umum tidak ke mana-mana, justru banyak yang labanya tergerus, penyaluran kredit turun, yang adapun bermasalah. Kabar baiknya adalah di tabungan yang meningkat. Namun kreditlah yang menjadi sumber terbesar keuntungan bank. Jadi kalau bank tidak kemana-mana, maka pertumbuhan kita pun tidak kemana-mana. Di tahun depan, sekalipun trennya membaik, maka perekonomian secara umum belum banyak bisa diharapkan. Angka pertumbuhan Indonesia 5% ini tidak representatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun