Mohon tunggu...
Arif Prabowo
Arif Prabowo Mohon Tunggu... UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Menyukai pengelolaan Sumber Daya Manusia, Keluarga, Keayahan, masih belajar pendidikan yang bijak di era berlimpahnya informasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cinta, Pilar Kuat Hubungan Orang Tua dengan Remaja

5 September 2024   08:53 Diperbarui: 5 September 2024   09:26 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta yang tulus dari orang tua kepada anak remaja bukan hanya soal memberikan apa yang diinginkan oleh anak, tetapi lebih tentang memahami apa yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Pada usia remaja, kebutuhan tersebut meliputi bimbingan, perhatian, dan juga kesempatan untuk berkembang secara mandiri. Sayangnya, banyak orang tua yang salah kaprah dengan mengartikan cinta sebagai pemanjaan atau kebebasan tanpa batas. Padahal, cinta yang sesungguhnya justru melibatkan keseimbangan antara memberikan keleluasaan dan menetapkan batasan yang jelas.

Dalam konteks ini, penting untuk belajar dari Nabi Ibrahim AS yang menunjukkan keseimbangan luar biasa antara kasih sayang dan ketegasan. Ketika Nabi Ibrahim AS menerima perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail AS, beliau tidak serta merta melakukan perintah itu tanpa penjelasan. 

Sebaliknya, ia berbicara kepada Ismail dengan penuh kelembutan dan kejujuran, menjelaskan perintah Allah dan meminta pendapat Ismail tentang apa yang harus dilakukan. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan kasih sayang, tetapi juga penghormatan kepada anaknya sebagai individu yang memiliki kehendak dan pemikiran. Hasilnya, Ismail AS merespon dengan penuh keimanan dan ketenangan, mempercayai ayahnya dan keputusan yang diambil bersama.

Cinta yang demikian mendalam ini memperkuat ikatan antara ayah dan anak serta menanamkan rasa percaya dan hormat yang mendalam. Hal ini sesuai dengan prinsip yang diutarakan oleh Imam Al-Ghazali , bahwa cinta kepada anak haruslah disertai dengan penghormatan terhadap hak-hak mereka sebagai manusia dan sebagai amanah dari Allah SWT. Orang tua perlu mengajak anak berdialog, memberikan pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai yang dipegang, dan mendengarkan pandangan mereka dengan serius. Ini bukan hanya membangun kepercayaan, tetapi juga mengajarkan anak-anak untuk menghargai pandangan orang lain dan menumbuhkan sikap yang bijaksana.

Lebih jauh lagi, cinta yang sejati melibatkan kemampuan untuk mendukung anak-anak dalam menghadapi kegagalan dan tantangan hidup. Remaja, dengan segala gejolak emosi dan pencarian identitas mereka, sering kali menghadapi banyak tekanan dari lingkungan sekitar, baik dari teman sebaya, sekolah, atau media sosial. Orang tua yang mencintai dengan tulus tidak akan berusaha melindungi anak dari setiap kesulitan, tetapi justru akan membekali mereka dengan keterampilan untuk menghadapinya. 

Penelitian dari Stanford Graduate School of Education* menunjukkan bahwa remaja yang merasa didukung secara emosional oleh orang tua mereka, terutama dalam menghadapi kegagalan, cenderung memiliki ketangguhan yang lebih besar dan lebih mampu mengatasi stres dibandingkan mereka yang tidak mendapatkan dukungan yang sama.

Dalam Islam cinta juga berarti menginginkan kebaikan dunia dan akhirat bagi anak-anak ,seimbang anatar dunia da akhirat). Ini berarti mengarahkan mereka untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, mengajarkan mereka untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab spiritual dan moral (baca = keimanan dan akhlaq). Cinta orang tua yang benar adalah cinta yang membawa anak-anak menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan hidup mereka, sesuai dengan ajaran agama.

Orang tua dapat menanamkan cinta yang demikian dengan cara membiasakan anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sejak dini, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Quran, atau menghadiri kajian-kajian Islami. Hal ini tidak hanya mengajarkan mereka tentang kewajiban agama, tetapi juga menciptakan ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak melalui kegiatan bersama yang bermakna.

Sebagai penutup, cinta yang paling efektif adalah cinta yang menyatukan hati orang tua dan anak dalam ikatan yang kokoh dan tulus. mencintai anak remaja sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, orang tua tidak saja membangun hubungan yang harmonis, tetapi juga menyiapkan mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh kasih sayang, dan memiliki iman yang kuat. 

Cinta yang demikian bukanlah cinta yang lemah atau permisif, melainkan cinta yang membimbing, menguatkan, dan memuliakan. Kita sama sama belajar sosok ayah seperti nami Ibrahim, bapak para nabi.

Allahu a`lam bishowwab. Bersambung insya Allah masih dalam tema seputar mendidik sedekat sahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun