Burung Jalak di Tengah Sawah
Sawah-sawah terbelangah, damen membusuk bersama jerami. Kali ini tanah lapang itu tak lagi berpenghuni. Hanya sisa ikan kecil terjebak antara kubangan jejak kaki celeng mencari-cari.
Banjir baru saja pergi, namun langit masih mengulum mendung
Siap hadirkan muntahan
Sesekali jalak menatap langit, kapan reda, pikirnya
Agar rumput bertunas dan segera tinggi
Agar kupu-kupu segera bertelur
Agar sapi, kambing bisa makan dengan lahap
Kicauan dan tarian kematian masih didendangkan
Didahului doa minta perlindungan
Didahului doa berkah secepatnya datang
Dalam bentuk apa saja
Asalkan mereka bertahan
Wahai kupu-kupu segeralah migrasi
Wahai ulat segeralah jadi
Wahai yang masih melupakan kami
Tengok sawah ini!
Jangan suguhkan hidangan imitasi
Kami ingin beras asli
Kami ingin nasi mengepul setiap pagi
Dalam periuk kecil cukup untuk mengganjal
Lapar hari ini
Tak perlu sedu sedan itu
Kami tak butuh retorika
Kami tak butuh rencana di atas meja
Kami hanya mau derita segera sirna
Burung jalak,
Ooo, burung jalak
Mampirlah ke gubuk kami
Di tengah pematang sawah ini
Bersaranglah
Bertelurlah
Beranak pinaklah
Tak mengapa kotoranmu jadi teman ngaso di siang hari
Asal kami punya kawan
Merasa senasib sependeritaan
Tak mengapa hadir walau dengan seluruh kotoran yang kau bawa
Tb, 3 Maret 2021