Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Akhir Pembelajaran Online

23 Februari 2021   09:01 Diperbarui: 23 Februari 2021   09:05 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimulai dengan corona datang menghantam. Pembelejaran pindah haluan. Ketakutan penularan menyebabkan clusster baru berimbas pada pembelajaran jarak jauh.

Berbagai inovasi yang dilancarkan oleh kemendikbud, kepala daerah, hingga ke kepala sekolah tujuan akhirnya adalah bagaimana siswa tetap dapat berlajar seperti biasa.

Teringat istilah belajar yang artinya perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.

Tak mengherankan ketika google classroom manjadi salah satu alternatif yang paling gampang untuk digunakan. Mayoritas memang menggunakan aplikasi itu. Apa yang terjadi kemudian?

Sebelumnya, gegap gempita pelatihan online, webinar, dan sejenisnya hampir memenuhi kepala guru. Semangat membara, mereka berharap mendapatkan pengetahuan dan leterampilan baru dalam pembelajaran jarak jauh tersebut. Apalagi dengan sertifikat yang dihargai untuk kenaikan pangkat.

Ternyata sertifikat, pengetahuan, dan keterampilan saja tak cukup. Satu hal yang mendasar yanh hampir terlupakan. Kontinuitas, bahasa lumrahnya istiqomah. Begitulah kira-kira.

Satu dua pertemuan, sebagian besar guru masih bersemangat dengan ilmu dan keterampilan yang diperolah dari macam-macam webinar inovasi pebelajaran. Maka akun-akun baru di youtube bermunculan. Apalagi kalau bukan mengunggah video pembelajaran.

Sampai kapan bertahannya? Merasa bahwa video yang telah dibuat tak semenarik apa yang sudah berseliweran di laman youtube. Akhirnya kepincut juga, lebih baik mengambil yang sudah ada daripada membuat sendiri.

Waktu yang panjang untuk memproses sebuah video menjadi layak tonton memang memerlukan ketelatenan dan kemauan yang keras. Tidak hanya sekedar jadi. Jika itu terjadi pastilah siswa akaj bosan juga akhirnya. Mereka lebih tertarik pada video youtube lainnya.

Menganggap bahwa pembelajaran menggunakan video paling keren, perlahan-lahan powerpoint ditinggalkan. Apalagi kalau hanya screnshot halaman catatan. Pasti dianggap ketinggalan zaman.

Sementara guru berkuah keringat mengetengahkan model pembelajaran yang benar-benar merupakan hal baru, pandangan sebagian kepala sekolah bahwa jika guru tidak hadir ke sekolah seperti biasa dianggap belum maksimal bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun