Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Banjir

22 Februari 2021   00:09 Diperbarui: 22 Februari 2021   01:11 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
detikNews - Detikcom Puluhan Mobil Terendam Banjir di Kemang

Tentang Banjir

Banjir telah jadi buah bibir, matang menghiasi meja-meja makan. Yang kenyang dipaksa tetap menelan, hingga isi kepala tenggelam

Layanan pesan antar sedang menawarkan diskon, sajian banjir di rak-rak motor penuh, keluar masuk kampung, hingga menyelinap di kamar-kamar.

Menjadi gambar, menjadi harga tawar menawar, menjadi urat leher membesar, menjadi kelopak terbelalak lebar

Yang mereka butuhkan selimut tebal atau mie instan, juga botol-botol penuh berisi air mineral, bukan saling juara, adu logika

Kita sedang berada di mana?
Sebagai penonton, atau yang memohon
Banjir akan pergi bersama angin semilir, sebentar
Saat langit tak butuh cerita lagi

TB, 22 Pebruari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun