Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopiku Sudah Tertumpah

15 Februari 2021   23:49 Diperbarui: 16 Februari 2021   00:06 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ardisaz Kisah Kopi Tumpah -- Ardisaz

Kopiku Sudah Tertumpah

Senja datang, kopiku tumpah di pelaratan

Aku masih ingat, asap mengepul di atas kompor gas. Tutup cerek berbunyi didihnya keluar membasahi nyala api. Kompor kemudian mati.

Sebagian orang manganggap kopi adalah sebuah kehidupan. Seperti tadi pagi ada siswa datang ke rumah.

Google classroomnya tak bisa terbuka. Wajahnya penuh berharap agar gawainya normal kembali.

Saat datang, benar-benar ia telah membawa tumpahan kopi. Ibunya memaksanya datang ke sekolah. Jika tida, tentu saja tugas tidak bisa diterima dan dikirim hasilnya

Beberapa saat setelah google classroomnya kembali normal. Dengan ucapan terima kasih berkali-kali ia sampaikan. Lari entah telah berlari dari apa?

Mungkin akan mengejar kopi yang masih tersisa. Tumpukan tugas yang harus dirapelnya

Seperti merobek bungkusan kopi baru, lalu merebus ulang. Menjelang siang, hujan deras sekeliling alam. Langit gelap. Dan saat itulah kali ke dua tumpahan kopi jatuh di kepalaku

Saat ini harusnya aku sudah berdiri di tepi telaga. Bercakap-capak dengan umpan. Lalu mencandai ikan. Jika aku dapatkan, akan aku bakar dengan baluran kecap

Semua hanya dalam angan. Hujan tak juga reda
Apa mau dikata

Kalau kopi tertumpah adalah malangnya sebuah kehidupan. Hidupku normal. Demikian juga anak yang tadi datang

Ada yang hilang
Ada persamaan dari kami berdua
Seperti kalian mungkin, telah terkesima dengan apa yang dibaca
Koran-koran lama tersapu angin. Berserakan setelah selesai jumatan. Harapan bagi pemulung. Selembar koran adalah lembaran rupiah

Manakala hujan datang koran-koran akan basah, pasti tak akan berharga
Persis seperti kopi yang tumpah

Oh iya, jika kehadiranku adalah kopi tumpah bagimu
Apa tak sebaiknya dilupakan dan diganti dengan membuka bungkusan kopi baru
Lebih baik sepertinya

Aku hanya khawatir, dari kompor yang sama
Dari bungkus yang sama
Nyala api akan berukuran tak jauh berbeda
Suatu ketika,
Saat lengah
Kopi pun akan tumpah seperti biasa

Karena saat itu, aku yakin kau akan ingat padaku
Pada kopi yang telah kau tumpahkan ke kepalaku

TB, 15 Pebruari 2021

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun