Kita memang sedang terperangkap dalam hukum seleksi alam. Siapa yang lebih mampu beradaptasi dengan pandemi ini kiranya dialah yang akan mampu melanjutkan kehidupan ke depan.
Seandainya aku selamat melewati masa pandemi ini, aku akan merayakannya dengan bersegera pulang kampung untuk menikmati menu masakan khas buatan emak. Juga bernostalgia di tempat-tempat berkesan yang dulu pernah kami lalui bersama teman masa kecil.
Aku ingin memulung kenangan-kenangan kecil saat masih kere-kerenya bahkan cukup awet sebelum aku cukup berhasil bertaruh nasib di tanah rantau yaitu kota Bandung.
Aku termasuk salah satu kaum migran cukup bernasib mujur di tengah pandemi ini. Kegiatan menyuplai barang khusus menu pasien di sejumlah rumah sakit Bandung tetap berjalan. Meski harus melalui beberapa kendala.
Meski diawal PSBB khusus di wilayah Bandung dan sekitar jumlah pasien rawat inap jatuh terperosok. Pasalnya setiap rumah sakit menyengaja membatasi penerimaan pasien baru yang akan rawat inap, kecuali pasien covid dan penyakit lain yang betul-betul darurat.
Dari segi usaha yang sedang kami jalani tentu keadaan demikian berakibat penurunan pendapatan. Perputaran uang jadi macet. Pedagang bawang merah, bawang putih, bawang bombay, ayam, ikan dan lainnya yang biasa diajak kerjasama juga merasakan dampak serupa.
PSBB dengan segala dampak positif yang diharapkan, juga berefek buruk pada kegiatan ekonomi secara meluas. Hematnya, pengetatan protokol kesehatan di tengah adaptasi kebiasaan baru perihal yang tidak boleh dipandang sebelah mata untuk mengatasi masalah kesehatan dan perekonomian secara seimbang. Praktis efektif dan efesiannya kiranya pejabat publik yang punya kewenangan lah yang lebih kapabel untuk memikirkannya.