Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menyoal Kebijakan Bank Indonesia Pertontonkan Penukaran Uang Secara Terbuka

1 April 2024   22:03 Diperbarui: 1 April 2024   22:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Penukaran uang untuk kebutuhan Lebaran.(Sumber: KOMPAS.COM/Ahmad Riyadi)

Sebuah pemandangan yang ironis karena mencolok tapi bertolak belakang dengan realitas sosial terjadi setiap menjelang Idulfitri.

Bank Indonesia (BI) selalu menyediakan tempat-tempat penukaran uang dengan uang baru dan pilihan pecahan nominal rupiah secara terbuka.

Lembaran uang kertas rupiah baru dipakai oleh warga, antara lain yang mudik Lebaran, untuk diberikan kepada anggota keluarga dan kerabat di kampung halaman. Selain itu untuk salam tempel kepada anak-anak yang datang mengucapkan Idulfitri.

Hal ini sudah merupakan tradisi atau kebiasaan yang sudah membumi di Nusantara sebagai bagian dari keramaian hari raya, khususnya Idulfitri.

Salam tempel di Idulfitri menambah keceriaan, terutam bagi anak-anak, sebagai bekal untuk jajan. Soalnya, selama puasa mereka tidak bisa jajan sehingga di Idulfitri mereka seakan-akan terbebas dari aturan yang berlaku di bulan puasa.

Kegembiraan anak-anak di Idulfitri ketika mengunjungi rumah famili dan tetangga mereka akan menerima uang rupiah kertas baru melalui salam tempel.

Untuk itulah warga menukarkan uang lama (yang masih berlaku) dengan lembaran uang kertas rupiah yang masih baru.

Yang jadi persoalan besar adalah liputan media (media massa dan media sosial), terutama stasiun TV, yang menunjukkan warga yang membawa segepok uang lama untuk ditukarkan dengan lembaran uang keras rupiah baru.

Di sisi lain tidak sedikit orang tua yang 'menangis' karena tidak bisa membeli pakaian baru untuk anak-anaknya. Tangisan juga akan mewarnai ketiadaan uang untuk membeli kue-kue Lebaran, ketapat, opor ayam dan rendang.

Liputan media itu bisa jadi pemicu kecemburuan sosial karena dilakukan secara terbuka di tengah-tengah kemiskinan, bahkan ada keluarga yang tergolong dalam kualifikasi kemiskinan ekstrem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun