Mohon tunggu...
Arie Putra
Arie Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membaca, menulis, travelling, semuanya direnungkan

Saya tinggal di Labuan Bajo. Mengurus website www.komodooneclick.com yang menyediakan tour di wilayah Taman National Komodo dan Pulau Flores.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lima Ratus Kata Kisah Ayah Pemula

16 Mei 2019   22:03 Diperbarui: 16 Mei 2019   22:11 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau pun dibawa ke ruang khusus untuk dilakukan pemeriksaan khusus sesuai prosedur rumah sakit. Sedang aku, masih tertahan di depan pintu ruang operasi. Ibumu masih di dalam. 

Dua

Aku memutuskan untuk memberimu nama Greta. Aku ingat, seorang turis Kanada pernah menanyai nama untuk bayi perempuanku nanti. Aku jawab, aku akan memberinya nama Greta. Mengapa memilih nama itu, orang Kanada itu bertanya. 

Aku terinspirasi oleh seorang anak perempuan pejuang perubahan iklim yang bernama Greta Thunberg. Anak ini cerdas dan memahami masalah global tentang bahaya perubahan iklim ekstrim yang disebabkan oleh gaya hidup manusia saat ini. Greta nekat bolos sekolah untuk turun ke jalan mengkampanyekan bahaya perubahan iklim. 

Greta anakku, saya terinspirasi oleh anak cerdas dari belahan dunia bagian barat ini. Aku ingin kau bertumbuh menjadi person yang hebat yang bisa membawa perubahan untuk kemanusiaan. 

Begitulah namamu ditemukan. Tak hanya Greta, aku ingin kau memiliki nama yang berciri khas Indonesia. Seorang penyair bernama Julia Utami, memberimu nama tengah: Ananta. Aku suka nama ini. Sebab ada kaitannya dengan pengarang terbaik bangsa ini yaitu Pramoedya Ananta Toer. Aku pembaca Pramoedya. Pra skripsiku dulu menulis tentang pengarang ini.

Lengkaplah kini. Kau mempunyai nama dari hasil renungan yang serius. Semoga jiwamu bertumbuh menjadi manusia, menjadi perempuan terpandang layaknya Nyai Ontosoroh dalam kisah Bumi Manusia karya Pram yang melegenda itu.

Tiga

(Menjadi Ayah Pemula)

Kau bertumbuh hari demi hari. Tangismu mulai pecah kadang tengah malam saat lelap-lelapnya kami tidur. Tapi itu hanya sebentar. Setelah popokmu diganti, kau pun tidur kembali. 

Aku belajar bersama ibumu menjadi orangtuamu. Dengan sedikit uang yang aku cari dari pekerjaan yang tak tentu di Ibukota, kita memenuhi kebutuhan rumah tangga apa adanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun