Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terjaga dalam Penjagaan, Puisi Karya Arief Akbar Bsa

16 Oktober 2021   19:32 Diperbarui: 16 Oktober 2021   19:37 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arief Akbar Bsa
Arief Akbar Bsa

Arief Akbar Bsa
Arief Akbar Bsa

TERJAGA DALAM PENJAGAAN


melihat langit biru yang memutih
adalah cermin tentang kesucian
yang dibalut nuansa hati
merajut keagungan untuk tetap terjaga

apapun itu,
tentang kemanusiaan
tentang perjuangan
tentang harga diri
dan mungkin saja,
tentang rasa memiliki atas gema firman Tuhan
diperjalankannya di malam hari
dari masjidil Haram hingga masjidil Aqso,
dan dari al Aqso lepas landas menuju bintang gemintang
bertasbih penuhi panggilan untuk berjumpa
meruang dalam simpul singgasana agung
yang bukan sekedar kongkow pada bukit Tursina
sampai pada akhirnya terkulai
jatuh pingsan pada Wajah pemilik semesta alam,

pertanda apa ini,
sebuah peristiwa agung
bertemunya sang pencipta dengan yang dicipta
mengikis isyarat yang tertuang pada garis langit dan bumi
adalah memilah keterikatan
pada kemanusian di atas segalanya
yang menjaga dalam penjagaan sebagai hamba Tuhan

memperjuangkan sebuah makna kebersamaan
untuk menjadi manusia seutuhnya
yang terus berkumandang pada kebenaran
sekalipun berada pada tong sampah,

tak lekat,
tempat ini suka bersenandung,,
tentang kisah balonku ada lima
tentang cicak cicak didinding
yang pada hari minggu kuturut ayah ke kota
naik delman istimewa kududuk di muka
kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
mengendarai kuda supaya baik jalannya,,,,
tuk tik tak tik tuk tik tak suara sepatu kuda
sepatu yang menendang ibu hamil
sepatu yang menginjak bocah kecil
sepatu kuda,
yang memperkosa wanita suci

kau dengar suaranya,
suara itu yang menderu
tentang perjuangan pelana kuda
yang terikat pada tali kekang
namun berjalan miring ke kiri
digilas harakiri

dari lembah kota suci al Quds
sambangi salam damai yerusalem
yang tak lagi merdu irama kesuciannya
kau bilang tanah yang dijanjikan katamu,,,
keringat pemuda berjari mungil
membasahi batu intifada
menari-nari menahan sakit
dada kirinya ditembus peluru tajam
hingga tangan yang menggenggam
ketapel beramunisi kerikil pun
roboh terjatuh bermandikan darah

palestina merintih, menangis, menjerit
sedang kau hanya diam
menutup telinga
memejamkan mata
berlalu begitu saja
berdalih pada deklarasi balfour
yang mengatur siasat hanya sekedar untuk mukim
tak lain dan tak lebih
selain hanya mengendus bau amis darah
pada pengakuan jubah goliath
menjadi sebuah bangsa dan negara,,,katanya
tanpa berbuat sesuatu atas saudaramu
yang ketika suara adzan terdengar,
kau pun turut bersama sama untuk bersujud,

Arief Akhar Bsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun