Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kutambatkan Hatiku di Surabaya

29 September 2019   07:00 Diperbarui: 30 September 2019   09:51 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : wajibbaca.com

Acara yang paling menegangkan dalam hidup ku, tiba juga akhirnya.  Akad Nikah!

Pak Mudin petugas pencatat nikah merapat dihadapan ku, dan Ustadz  ALI  memegang tangan kanan ku dengan posisi bersalaman. Beliau membacakan doa akad nikah, lalu dengan lantang menyebutkan  lafadz Nikah dalam bahasa arab fasih,  : " Ya  Fulan, bin fulan, Ahkahtuka, wazawwaztuka fulanah binti fulan, bimahar mia alif rupiah, naqid!", Beliau  mengenggam dan mengguncangkan tangan ku, dengan mantap!  

Aku menjawab dengan yakin,:" Qobiltu nikahaha, wa tajwizaha bimahril mazkuur," jawab ku dengan lantang, dan suara yang cukup keras.  Serempak hadirin yang hadir mengangkat tangan mereka, dari mulut hadirin keluar gumam bersamaaan, : " Barakallah, Barakallah!". 

Rupanya posesi akad nikah ku sudah sah, cukup dengan sekali jalan. Dua saksi yang berada disebelah kanan dan kiri Ustadz Ali , kelihatan mengangguk dan tersenyum puas serta meneken  surat yang di sodorkan oleh pak mudin kehadapan mereka. 

Giliran aku yang kemudian meneken dan tanda tangan berikut nya, dan terakhir ditutup oleh Ustadz Ali .   Seorang kerabat istriku merangkul lengan ku, untuk melakukan ritual adat bersalaman dengan semua hadirin yang hadir dalam ruang utama itu.  

Yang tua kucium tangan mereka. Yang sebaya kugenggam dengan hangat. Ketika tiba giliran akan bersalaman dengan ustadz, aku tak sanggup membendung rasa haru dan air mata. 

Kucium tangan dan kening beliau, dan beliau  membalas dengan memeluk ku hangat, seakan memberi kekuatan semangat dan moral, agar aku tegar menghadapi hidup ini.

Tidak kurang sekitar enam tahun aku hidup bersama beliau, sejak pertama kali di jemput nya, dulu di Pulau Madura, sampai hari ini,  ketika aku memutuskan untuk menikah.  Kenangan dan suka duka hidup ku di Pulau Jawa, tak pernah lepas dari pantauan dan perhatia nya. 

Beliau kuanggap sebagai Guru, Sahabat, Kerabat, dan Saudaraku Dunia Akherat.  Aku belajar banyak dari nya.  Aku bertahan di Jawa atas dukungan dan bantuan nya. Bagiku, beliau adalah Ansyhar terbaik yang  pernah kumiliki. 

Pesta Resepsi di selenggarakan malam hari. Undangan khusus untuk kaum wanita seribu orang
Pukul tujuh malam, kami duduk di pelaminan. Di bawah sorotan lampu gemerlapan, dengan pakaian mewah kebesaran , aku merasa bagaikan mimpi. 

Di sebelah ku duduk seorang wanita, yang sudah resmi kunikahi tadi .  Istri ku terlihat cantik sekali.  Wajahnya berseri-seri.  Nampaknya Ia bahagia sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun