Mohon tunggu...
@Arie
@Arie Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang mau berfikir luar biasa. that is

Orang biasa, yang mau berfikir luar biasa. Hobi menulis sejak remaja, sayangnya baru ketemu Kompasiana. Humanis, Humoris, Optimis. Menjalani hidup apa ada nya.@ Selalu Bersyukur . Mencintai NKRI. " Salam Satu Negeri,!!" MERDEKA,!!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kutambatkan Hatiku di Surabaya

29 September 2019   07:00 Diperbarui: 30 September 2019   09:51 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : wajibbaca.com

TRUE Story ,: Serial Kusujudkan Cintaku di Mesjid Sultan ( Eps.34)

Bab.VIII.hal.6 Pesta Pernikahan
##, Acara Resepsi

Bulan ke empat, Tahun sembilan belas sembilan enam, Hari akad nikah serta  pesta resepsi akhir nya tiba!  Pagi itu aku mengenakan baju gamis berwarna putih, bersulam benang emas, dengan bordiran yang bagus sekali.  

Diatas kepala, sorban berbalut kopiah, dihiasi bunga melati terjuntai mewangi.  Aku akan menikah hari ini!  Kata orang aku keliatan rapi dan berseri seri.   

Memang , hari itu aku bahagia sekali. Pukul sepuluh pagi rombongan kami bertolak dari Malang.  Diluar dugaan, teman-teman dan sahabat ku menggalang dukungan dengan menyediakan sarana angkutan untuk rombongan pengantar dan pengiring berupa delapan unit mobil, dan khusus buat ku, disediakan sedan merah lengkap dengan sopir nya, yang di pegang oleh pemilik nya sendiri yaitu sahabat ku ,: Ali.  

Iring-iringan delapan mobil melaju kencang ke Surabaya. Sekitar satu setengah jam perjalanan, rombongan kami tiba di tempat tujuan. Bersama ku ada Ustadz, Habib Usman dan Ust. Fakih yang menjadi pendamping ku untuk melakukan prosesi Akad nikah hari ini. Mewakili orang tua dan keluarga besar ku, yang tak bisa hadir bersama.  

Rombongan kami tiba ditempat acara dengan disambut terbangan dan rebana. Terdengar bacaan Maulid Rasul sedang di lantunkan di ruang utama . Sesosok pria separuh baya menyongsong ku dan merangkul lengan ku dengan hangat,  posturnya tak berapa jauh beda dengan  postur ku, sepintas sempat kulihat wajah nya yang banyak kemiripan dengan wajah istriku.  

Aku belum mengenal nya, dan belum pernah melihat sebelum nya. Belakangan, ketika upacara akad nikah sudah selesai, pada saat prosesi membatalkan wudhu, aku baru tahu, bahwa beliau adalah ayah kandung istriku, beliau adalah mertua ku, yang sekarang menetap di daerah Jawa Barat. Aku di duduk kan di tengah ruangan.

Image : cirebonwedding.co.id
Image : cirebonwedding.co.id

 " Disekeliling ku berderet melingkar para sesepuh dan orang tua, tokoh masyarakat dan agama, habaib dan dan ulama. Hadirin hari itu perkiraan ku sekitar lima ratusan orang yang duduk menyebar di dalam dan diluar ruangan, dibawah tenda, di halaman dan meluber sampai ke jalan besar di depan.  Disela-sela mobil yang di parkir berderet, di pinggir jalan, setengah kilometer panjangnya.

" Keringatku mulai menetes deras,  selain karena hawa yang cukup panas, aku juga nervous. Untungnya, lengan kanan ku dirangkul  Ustadz,  sambil menepuk lutut ku, beliau tersenyum memberi dukungan.  Habib Usman yang sudah ku anggap sebagai pengganti ayah ku,  duduk disebelah kiri. Sementara ustadz Fakih, tepat di belakang ku.

Acara yang paling menegangkan dalam hidup ku, tiba juga akhirnya.  Akad Nikah!

Pak Mudin petugas pencatat nikah merapat dihadapan ku, dan Ustadz  ALI  memegang tangan kanan ku dengan posisi bersalaman. Beliau membacakan doa akad nikah, lalu dengan lantang menyebutkan  lafadz Nikah dalam bahasa arab fasih,  : " Ya  Fulan, bin fulan, Ahkahtuka, wazawwaztuka fulanah binti fulan, bimahar mia alif rupiah, naqid!", Beliau  mengenggam dan mengguncangkan tangan ku, dengan mantap!  

Aku menjawab dengan yakin,:" Qobiltu nikahaha, wa tajwizaha bimahril mazkuur," jawab ku dengan lantang, dan suara yang cukup keras.  Serempak hadirin yang hadir mengangkat tangan mereka, dari mulut hadirin keluar gumam bersamaaan, : " Barakallah, Barakallah!". 

Rupanya posesi akad nikah ku sudah sah, cukup dengan sekali jalan. Dua saksi yang berada disebelah kanan dan kiri Ustadz Ali , kelihatan mengangguk dan tersenyum puas serta meneken  surat yang di sodorkan oleh pak mudin kehadapan mereka. 

Giliran aku yang kemudian meneken dan tanda tangan berikut nya, dan terakhir ditutup oleh Ustadz Ali .   Seorang kerabat istriku merangkul lengan ku, untuk melakukan ritual adat bersalaman dengan semua hadirin yang hadir dalam ruang utama itu.  

Yang tua kucium tangan mereka. Yang sebaya kugenggam dengan hangat. Ketika tiba giliran akan bersalaman dengan ustadz, aku tak sanggup membendung rasa haru dan air mata. 

Kucium tangan dan kening beliau, dan beliau  membalas dengan memeluk ku hangat, seakan memberi kekuatan semangat dan moral, agar aku tegar menghadapi hidup ini.

Tidak kurang sekitar enam tahun aku hidup bersama beliau, sejak pertama kali di jemput nya, dulu di Pulau Madura, sampai hari ini,  ketika aku memutuskan untuk menikah.  Kenangan dan suka duka hidup ku di Pulau Jawa, tak pernah lepas dari pantauan dan perhatia nya. 

Beliau kuanggap sebagai Guru, Sahabat, Kerabat, dan Saudaraku Dunia Akherat.  Aku belajar banyak dari nya.  Aku bertahan di Jawa atas dukungan dan bantuan nya. Bagiku, beliau adalah Ansyhar terbaik yang  pernah kumiliki. 

Pesta Resepsi di selenggarakan malam hari. Undangan khusus untuk kaum wanita seribu orang
Pukul tujuh malam, kami duduk di pelaminan. Di bawah sorotan lampu gemerlapan, dengan pakaian mewah kebesaran , aku merasa bagaikan mimpi. 

Di sebelah ku duduk seorang wanita, yang sudah resmi kunikahi tadi .  Istri ku terlihat cantik sekali.  Wajahnya berseri-seri.  Nampaknya Ia bahagia sekali.

"Dan, tahukah kamu gadis ku? "Disaat seperti ini pun aku masih mengingat mu!

Aku membayangkan kaulah yang ada disebelah ku, duduk bersanding di pelaminan, sebagaimana cita-cita ku. Dengan senyum merekah, bersama kita sambut "Cinta". 

Menyongsong hari, meniti kasih, berbagi  suka , berbagi duka dan menjalani hidup kita. Berdua, Aku dan kamu. Lalu kan kutimang nanti anak-anak ku, yang lahir dari rahim mu. Buah cinta kasih kita. Suatu  anugrah dari Nya.  Dan kita jalani hidup dengan bergandengan tangan, melewati hari demi hari, berbagi suka dan duka. 

 Kan ku ubah nasib yang kita lewati dengan perjuangan dan kerja keras. Membesarkan dan mendidik anak-anak kita dengan penuh cinta kasih dan sayang, agar mereka tak merasakan derita dan nasib yang sama dengan yang kita lewati  dan lalui.  

Aku akan perjuangkan agar mereka mendapatkan pendidikan terbaik, kehidupan yang lebih baik, perhatian terbaik, kasih sayang yang melimpah, agar jiwa mereka tumbuh dan berkembang tampa cacat.  

Agar kelak ketika mereka remaja dan melewati masa --masa pertumbuhan nya penuh rasa percaya diri, tidak merasakan kekurangan, tidak merasakan beratnya hidup, seperti yang pernah kupikul dan kurasakan!   

Agar perjuangan yang kulakukan tidak sia-sia. Aku akan korbankan segala nya, untuk kebahagiaan kamu dan anak-anak ku, itulah niat ,  janji dan sumpahku!  Sungguh !  Gumam ku dalam hati, dan tak  terasa , setetes air bening membasahi kelopak mata.

Istriku sempat melihat tetesan air bening yang meleleh dipipiku. Ia bertanya,:" Kenapa menangis?"

"Ga papa, aku bahagia sekali," jawabku.  Sambil menggemgam jemari nya. Menutupi perasaan yang sebenarnya. Perasaan yang bergejolak, antara kebahagiaan dan kesedihan. Antara bersyukur dan kehilangan. Antara kebanggaan dan kesendirian. Antara keinginan dan harapan. Dan antara cinta dan kenyataan!"

 Hidup memang  bukan hanya hitam dan putih. Hidup adalah pengalaman penuh warna. Menjalani hidup, kadang memang tak mesti sesuai rencana menurut kita. Banyak lika dan liku, yang kadang tak sesuai keinginan dan kemauan kita. 

Tapi memang semua nya akan terasa lebih Indah dan lebih mudah, ketika kita mencoba menerima nya. Apa adanya. Pasrah kepada kehendak Allah!  

Menikah menurut ku, bukan hanya berlandaskan cinta semata. Tapi juga membutuhkan keiklasan dari jiwa dan lubuk hati kita terdalam, untuk menerima pasangan kita. Mencoba menepis perbedaan, dan mencari persamaan. 

Saling memaafkan, saling menahan diri, bersabar, dan saling mengingatkan antara suami dan istri.  Bersambung Episode : 35  ( baca disini )  ( baca dari awal )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun