Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Ada Ruang untuk "Murtadku"

20 Juni 2012   03:01 Diperbarui: 30 Januari 2016   21:17 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ia berdoa pada Tuhannya di bawah pohon, kutanya apa ia menyembah pohon,

Katanya, “tidak.., aku bukan menyembah pohon, pohon rindang ini tempat tinggal para jin jahat, diamlah! aku sedang minta pada mereka agar tak mengganggu kami yang tak mengganggunya…”,

Ia diam "dalam rosario", kulihat seperti memainkan tasbih, terpaku di hadapan patung dan bebatuan, kubilang menyembah berhala,

Ia bilang, “bukan.., ini hanya caraku agar khusuk, ini caraku dipersatukan Tuhan”,

Ia hening duduk bersila. Ketika kukata ia tidak bertuhan, ia hanya diam.

Dan aku sembahyang dengan caraku diperintah shalat, ia lihat cara duduk dan berdiriku lucu, Seperti menyembah udara saja katanya….

Tuhan, Tuhan…,

Maafkan aku yang paling suka menyebutMu Gusti Allah Yang Maha Agung,

Dimana sebenarnya Engkau bertahta?

kataMu Engkau sedekat urat leher ini,

kataMu ada dalam setiap diri,

(sebab mereka bilang kau tiupkan ruhul kudusMu dalam setiap janin kala usia 120 hari),

KataMu (wajahMu) ada di langit, di bumi, di laut,

di udara, di dedaunan, ranting-ranting, batang pepohonan, akar, bunga, buah dan biji, tanah dan rumput, lembah dan puncak gunung,

Mana yang benar?

Tuhanku, Allahku…,

Yang Maha Mengerti diriku…

Aku lebih memilih mempercayai bicaraMU,

aku mencintaiMU, aku menyayangiMU, aku mengasihiMU,

aku menghormatiMu, memujiMu, memujaMu dalam pagi, petang dan malam,

aku berusaha membahagiakanMU dan tidak membuat marahMU, agar Engkau selalu dekat denganku, agar diriku ada yang melindungi.

Aku berusaha menghitung berkatMu namun selalu tidak berhasil, sebab terlalu banyak Engkau memberi, Aku berusaha menghitung segala salah yang Kau tutupi. Segala dosa dan aib diri yang Kau rahasiakan dan yang Kau sembunyikan karena betapa kasihnya Engkau padaku. Betapa malunya aku... Sungguh, mataku tiada sanggup menatapMU. Maka maafkan aku jika hanya mampu untuk tundukkan wajahku di hadapanMU.

Aku hanya mampu berkata: "mohon maaf atas segala salah, noda, dosa dan terima kasih atas segala Cahaya dan Kasih",

Tuhanku, Allahku .., Allah Yang Maha Bisa Dipercaya,

Aku mencintaimu dengan sangat dalam, Wahai satu-satunya Dzat yang Maha Setia dan tanpa pamrih,

Maha sabar, Maha Cinta, Maha Kasih, Maha Sayang,

Maha tahu tanpa diberitahu,

Maha mengerti dan tidak memerlukan penjelasan,

Saat kau teduhi aku dengan firman-firman pagi dan malamMU:

saat Engkau ajari aku tentang keyakinan bahwa Engkau begitu dekat:

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kamanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui" (QS 2:115)

lalu, saat Engkau mengajariku kedamaian hati:

”Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati…” (QS 5: 69)

Dan lalu lagi..., saat Engkau mengajariku menyayangi sesama:

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS 2:148)

Rasaku...

Tak perlu lagi ada ruang bagiku untuk murtad. Sebab kemanapun wajahku menghadap, disitu kulihat Engkau.

Dan ketika kuyakin ada Engkau dalam setiap dalam dan luar diriku, aku bertekad akan bersikap hormat pada karya baikMu. Baik itu di dalam, maupun diluar diriku.

Terima kasih telah membaca. Terima kasih kepada Allah SWT. Terima kasih kepada semua diskusi yang menginspirasi hingga jadi tulisan ini.

Salam bahagia dan terus berkarya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun