Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Valentine! Perkosaan Terjadi di 34 Propinsi -Incest di 25 Propinsi-Kejahatan Sex di Sekolah di 27 Propinsi

13 Februari 2016   10:57 Diperbarui: 13 Februari 2016   11:40 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Empat hari lagi Valentaaaaiiin….! Bapak Ibu masih punya waktu empat hari untuk bisa duduk dan bicara dengan anak-anak……!”, demikian kalimat dengan intonasi tinggi namun memelas dari salah satu topik ceramah Bunda Elly Risman, psikolog yang concern dalam bidang parenting terkait pornografi.

Berulang-ulang emosi beliau tak tertahan. Sepanjang ceramah bahkan sempat beberapa kali tercekat hingga meneteskan air mata. Elly Risman adalah seorang ibu sekaligus nenek yang sedang ketakutan terhadap satu hal mendasar. Beliau tengah merisaukan adanya bencana pornografi yang sedang menimpa anak-anak Indonesia, usia anak hingga remaja.

Dipaparkannya kisah demi kisah mengerikan yang sedang menimpa anak-anak kita. Nyaris tak ada lagi tempat aman bagi mereka untuk berkegiatan. Di Aceh sempat terungkap seorang bocah usia 6 tahun melakukan sex dengan bocah yang juga berusia 6 tahun. Di daerah yang sama, seorang remaja SMP melakukan hubungan sex dengan pelajar SMA dan yang lebih miris adalah kabar seorang ustadz yang menggauli santrinya.

“Engga ada lagi tempat yang aman bagi anak-anak kita…”, desah kegalauannya makin menyeruak.

Saya speechless manakala beliau bercerita tentang hasil risetnya. Surveynya terhadap berita on line tentang pornografi dan kejahatan sex, menghasilkan sesuatu yang cukup mencengangkan. Pebruari 2015 saja (saat dikemukakan), perkosaan terjadi di 34 Propinsi, Incest di 25 Propinsi dan kejahatan sex yang dilakukan di Sekolah terjadi di 27 Propinsi.”

Kemanakah para orang tua? Kemanakah Ayah dan juga ibu? Sehingga anak-anak kita "dijahatin gadget" dan kita tidak tahu. Mengapa harus kedua orang tua meninggalkan rumah, menghindari pekerjaan mulia sebagai baby sitter-Nya Allah, sibuk di luar dan lalu men-sub kontrakkan pekerjaan pengasuhan kepada sekolah atau yang lainnya? Apa tidak akan diminta pertanggungjawaban kita nanti?

“Dahulu orang malu ke Dolly, tapi hari ini jalur ke Dolly dibuat ke rumah Anda dan Anda tidak sadari ini…?”

"Pornografi masuk ke rumah Anda dengan agresif, murah, mudah dan Anda tidak menyadari ini sebagai bencana?

Apabila bencana itu menimpa keluarga kita, menimpa anak-anak kita yang kurang mampu…. BPJS  belum mau menanggung karena Depkes belum menganggap pornografi sebagai bencana (padahal ini bencana). Diperlukan 12 kali teraphy bagi korban, bagi pelaku dan juga bagi orang tua korban maupun orang tua pelaku kejahatan sex anak-anak/remaja. Sebab mereka pasti mengalami shock, atau sakit dan memerlukan pertolongan.

Siapa yang membiayai ini? Siapaaa…..?

Pertanyaan-pertanyaan melengking itu tak mampu saya jawab. Satu-satunya hal yang hari ini bisa saya lakukan adalah meneruskan pengetahuan ini kepada Anda. Mari kita jaga anak-anak kita. Kita kerjakan amanah ini dengan sungguh-sungguh. Mereka terlahir suci, bersih dan kita kerap tanpa sadar mengotori mereka. Kita mulai dari lingkungan di rumah sendiri saja dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun