Mohon tunggu...
Ariby Zahron
Ariby Zahron Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang orang mengenalnya sebagai ariby, nama yang disematkan di setiap karya tulis yang ia ciptakan. Ariby Zahron juga suka memesan nasi bakar. Remaja Malang yang sedang mengabdi di tengah keramaian kotanya. Kadang-kadang ia jatuh cinta dengan Kota Malang lewat tulisannya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikhlas

26 Agustus 2022   10:11 Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:17 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat aku mendengarkan musik mp3 di dalam bus, tiba tiba bus yang kutumpangi ini berhenti. Ternyata bus ini telah sampai di suatu halte dan penumpang yang ada di depanku mulai keluar satu persatu.

Dari pintu depan dan belakang bus banyak juga penumpang yang mulai memadati jumlah kursi di bus ini. Mungkin ini adalah satu-satunya bus Antar Provinsi yang sedang lewat pertama kali di halte itu sehingga banyak penumpang yang menanti akan kehadiran nya

Perjalanan dimulai kembali, ini adalah perjalanan terpanjang yang akan aku tempuh, karena akan melewati jalan tol. Maka dari itu, tidak mungkin aku mengisi waktu perjalanan ini hanya dengan bermain HP saja, ataupun mendengarkan musik, yang kalau lamanya perjalanan seperti ini pastinya aku akan bosan mendengarkannya lagi. Ataukah melihat kanan kiri jalan yang penuh dengan permandangan indah. Namun itu juga terlalu cepat membuatku mengantuk.
 
Oh aku serasa ingin mual disini, aku merasakan mabuk perjalanan. Tapi sebentar, kejanggalan terjadi ketika aku melihat kaca di depan yang berada tepat di depan bagasi. Dari kaca tersebut aku melihat 2 orang yang sedang mencari tempat duduk di belakang dan mereka membawa gitar masing masing. Entah mereka ingin mengamen di bus ini atau sekedar membawa saja. Tetapi yang jelas, tidak mungkin di dalam bus ini masih ada pengamen yang ingin bernyanyi tidak jelas kemudian meminta uang kepada para penumpang yang katanya adalah uang itu sebagai rasa imbal kepada mereka yang telah menghibur para penumpang. Kalaupun itu mereka benar benar pengamen, mungkin aku tidak akan memberikan uang kepada mereka.

Tidur merupakan salah satu cara ampuh ketika menghadapi mabuk perjalanan. Tak heran banyak penumpang bus ini yang tidur. Karena perjalanan masih beberapa jam lagi, maka dari itu lebih baik aku tidur sebagaimana penumpang yang lainnya.
 
Ya ampun, barusan saja aku ingin mimpi indah, tetapi 2 orang di belakang itu memang benar benar seorang pengamen yang ingin bernyanyi. Aku benar benar kesal melihat mereka yang ingin beraksi gila itu. Sudahlah, telingaku sudah buntu suara, anggap saja semuanya adalah angin biasa yang sedang lewat.

Aku ingin melanjutkan mimpiku tadi yang sempat hilang karena salamnya. Dari salamnya saja sudah memekakkan telingaku, sedikit kaget. Tetapi, ketika aku melihat penumpang yang berada di depan dan belakang, mereka semua terlihat khusyu' ingin mendengarkan nyanyiannya.

Arrgghhhh! Bagaimana mungkin terjadi kejadian seperti ini. Semua penumpang, pak sopir sampai kondektur bus ini memang sedang menikmati nyanyiannya. Aku tak tahu apakah semua terhipnotis oleh mereka atau memang suara pengamen itu sangat merdu, yang jelas aku tidak suka dengan pengamen pengamen yang membuat otakku makin pusing mendengarnya.

5 menit mereka bernyanyi, penumpang yang berada di depanku tertawa ngakak karena nyanyian si pengamen. Aku hanya bisa tersenyum beku karena lagu yang dinyanyikan oleh pengamen itu sungguh mengingatkan untuk selalu berbuat baik walaupun itu dengan lawakan.

Tak terasa sudah, lagu yang dibawakan pengamen itu sangat mengiburku dan menghibur semua yang ada di dalam bus. Selama ini aku selalu berprasangka buruk terhadap orang yang ada di sekitarku.

Saat giliran mereka meminta uang sebagai ongkos hiburan kepada kami, aku sengaja untuk berpura pura tidur agar supaya mereka tidak meminta uang kepadaku. Mereka menjulurkan bungkus plastik putih sebagai wadah estafet dari penumpang yang berada di depan hingga belakang. Satu persatu para penumpang menumpahkan uangnya ke dalam wadah itu. Mulai dari uang kuning, ungu, sampai hijau, dan hampir aku tidak menemukan uang seribu ataupun dua ribu, apalagi uang receh. "Memang pengamen itu benar benar berkelas seperti para musisi" Kata penumpang yang berada di sebelahku.

Tetapi bagiku pengamen tetaplah pengamen, walaupun merdu dari suaranya, gokil karena lagu yang dinyanyikannya, mereka tetaplah orang biasa.  Kalau memang mereka mampu untuk bekerja layaknya orang orang semestinya, harusnya mereka dapat bekerja. Kalau dilihat dari suaranya yang merdu itu harusnya mereka bisa jadi vokalis band, bukan malah mengamen seperti ini, untung saja mereka dapat respond baik dari banyak penumpang bus ini.

Akhirnya aku bisa tiduk nyenyak sampai perjalanan ini tiba di terminal kota. Semua penumpang turun dari bus begitupun juga dengan aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun