Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebaikan dalam Senyuman dan Sapaan

22 Juli 2022   19:44 Diperbarui: 23 Juli 2022   07:12 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel : pixabay.com

Menjadi guru adalah sebuah pilihan profesi dalam kehidupan bagi saya. Ada banyak kisah inspiratif dibalik cerita yang penuh lika-liku suka dan duka. Namun pada dasarnya semua memberi akhir bahagia di hati.

Mengapa bisa demikian? 

Menjadi guru bagi saya adalah sebuah kesempatan yang memberi peluang sebanyak-banyaknya dalam menabur kebaikan bagi sesama. Bahkan bagi mereka yang tidak selalu bisa membalasnya. Bukankah itu hal yang indah?

Berbuat baik jika dilakukan pada orang yang mampu membalasnya pada kita itu hal yang biasa. Semua orang bisa melakukannya. Berbuat baik pada orang-orang yang tidak mampu membalasnya, adalah hal yang luar biasa. Di sinilah letak kebaikan tanpa pamrih itu. 

Maka jika ada kesempatan untuk berbuat baik, berbuat baiklah. Jangan terlalu hitung menghitung untung dan rugi. Bukankah ada Mata Ilahi yang selalu melihat kita di tempat yang tersembunyi. Iya di tempat yang maha tinggi. 

Kembali pada kisah inspiratif sebagai guru, dalam hal ini guru SD kelas kecil yang mengajar kelas 1 sampai 3. Ada kebahagiaan dalam hati saya saat menyapa murid-murid dengan senyun ceria.

Sekarang dengan prokes (protokol kesehatan) yang ketat, kami semua menggunakan masker di sekolah sehingga senyuman tak bisa tampak di balik masker yang kami pakai. 

Namun suara yang dipenuhi keceriaan dan kebahagiaan tulus dari hati akan menyentuh hati para murid yang masih imut-imut itu. Usia sangat belia yang masih ekspresif dalam mengungkapkan isi hati. Jika senang akan meluap-luap dengan bahagia, jika sedih dan marah pun mereka ungkapkan terang-terangan tanpa menutupinya.

Bagitulah anak-anak. Banyak orang bilang jiwa mereka masih murni. Tidak tertutupi oleh kemunafikan atau maksud tersembunyi secara khusus. Mereka seringkali selalu apa adanya.

Back to the story. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun