Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Pagi Lagi

4 Oktober 2021   05:50 Diperbarui: 4 Oktober 2021   05:54 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto net via bandungkita.id


Waktumu berjalan di lingkaran. Tanpa alpha dan omega.  Usiamu menapak di jalan lurus. Dengan satu titik awal dan satu titik akhir. Di antara dua titik itu ada mentari. Kau berdoa melihatnya besok pagi. Lagi, besok pagi. Lagi dan lagi.

Seperti putaran waktu yang tak pernah juga berubah. Selalu ada senja dan gelap malam menggantikan terik terang siang. Bahkan mendung terkadang menghias cakrawala untuk memberi makna yang berbeda. Hingga derasnya hujan terasa berat karena tak kunjung berhenti. Demikian kau mengartikan pagi yang senantiasa datang lagi dan lagi.

Terkadang cerah ceria biru langit-Mu memberi harapan akan perjalanan kehidupan. Tak jarang mendung menggayut kelabu mega-Mu memaksa langkah sesaat tertahan. Demikianlah pagi yang takkan ingkar janji untuk datang lagi dan lagi.

Malam berbalut sepi hantarkanku menggumuli mimpi
dingin merayu hati
cahaya bulan ikut menghiasi
nuansa misteri atau ketenangan yang menyelimuti. Entahlah.

Itu sebabnya aku selalu menunggu di sini, karena janji pasti akhirnya menepi. Seperti senja yang mengantarkan malam, dan malam menyapa pagi berpeluk bersalaman. Selalu begitu. Lagi, dan lagi

Apalagi yang harus kupinta pada angin yang sejuk, pada musim yang selalu merindu, pada terang dan gelap yang menghiasi hari, selain jernihnya rasa sebening embun. Mungkin aku sedikit sulit menterjemahkan, lagi dan lagi.

Hingga akhirnya pagi datang lagi dan lagi

 ...
Puisi Kolaborasi dari Kompasianers: Pak Felix Tani, Ari B, Mbak Dewi, Mbak Nazarotin, Ayah Tuah, dan Bu Aliz

Pada awal suatu pagi di bulan Oktober

7-1779

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun