Anak-anak dengan jujur dalam puisi mereka mengungkapkan rasa sayang pada keluarga, sahabat dan juga benda-benda kegemaran mereka. Mereka juga menuliskan tentang cita-cita mereka dalam puisi. Bahkan ada anak yang memperhatikan kondisi bumi dan juga isu sosial.
Dalam puisinya, ada anak yang bisa menunjukkan keprihatinan pada bumi. Bumi yang rusak kena polusi ata ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Puisinya pun merangkaikan dengan kondisi terkini, pandemi Covid 19 akhirnya memaksa manusia tinggal di dalam rumah dan bumi bisa beristirahat sejenak dari polusi yang dibuat manusia.
Puisi lainnya tentang keprihatinan anak pada maraknya kasus penculikan anak yang gencar diberitakan. Sebagai seorang anak, puisinya mengingatkan pembaca untuk berahati-hati. Jangan sampai seenaknya mengunggah data pribadi lewat online. Karena orang jahat ada di mana-mana, di tempat-tempat yang mungkin tidak kita ketahui atau kita duga.
Jujur, saya pribadi sangat trenyuh membaca puisi-puisi anak-anak ini. Ada satu lagi puisi yang dikirimkan mengenai satu profesi yang disukai anak. Yang mengherankan adalah dalam puisi singkat tersebut, dia mampu menunjukkan kelebihan profesi tersebut sekaligus juga rintangan yang mungkin timbul.
Namun anak ini juga memberikan semangat dalam puisinya, meskipun ada rintangan, asal ma uterus belajar, maka akan berhasil menjadi professional di bidang yang diminati tersebut. Luar biasa, ini karya anak SD namun sangat menginspirasi.
Kelas puisi yang berlangsung Senin, 6 Juli 2020 ternyata berhasil menyentuh hati kami, hati saya, hati anak-anak dan hati orang tua anak-anak. Saya sungguh tidak pernah menyangka kalau hasilnya akan sampai sedalam itu.
Bahkan ada orang tua yang menghubungi saya, "Mbak Ari, kapan ada lagi kelas tulis menulis seperti ini?" Ada sebuah harapan kalau saya akan mengadakan kelas literasi lagi di kemudian hari. Semoga ada kesempatan lagi.
Saya senang, Tuhan berkenan memakai saya sebagai pengajar kelas puisi hari itu. saya senang ketika langsung mengiyakan untuk mengajar di kelas puisi atas permintaan seorang teman. Dan semua ini berawal dari sebuah artikel yang saya tulis di Kompasiana.
 Jadi, jangan pernah sekali-kali meremehkan artikel karya Anda sendiri. Sekalipun mungkin sekarang seolah tidak nampak hasilnya. Ada atau tidak pembaca pada artikel yang kita buat, itu adalah hasil karya kita. Mari kita menghargai setiap artikel buah pikir kita ini, terlebih dahulu mulai dari diri kita sendiri.
....
Mari kita terus berbagi kebaikan lewat tulisan dan dalam ketulusan.
Salam literasi