Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kelas Puisi yang Menyentuh Hati

7 Juli 2020   17:15 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:44 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada artikel yang saya tulis hari Senin, 6 Juli 2020, saya menceritakan pengalaman baru mengajar kelas puisi untuk anak-anak SD melalui zoom. Selama mengajar, anak-anak terlihat memperhatikan dengan serius. 

Saya sempat khawatir kalau kelas puisi ini membosankan bagi anak-anak. Tapi sungguh di luar dugaan, ternyata mereka menunjukkan antusias yang tinggi pada kelas puisi.

Ini terlihat dari beberapa tanggapan seusai kelas puisi, yang saya terima dari teman saya selaku pemberi ide pelaksanaan kelas puisi.

1. Keinginan agar kelas puisi lebih lama waktunya.

Beberapa anak menanyakan mengapa kelas puisinya hanya sebentar. Saya membawakan materi di kelas puisi memang terbatas waktu penggunaan zoom. Total waktu materi tersampaikan dalam waktu 30 menit saja.

2. Antusias anak membuat puisi sangat besar
.

Selama dua hari ini saya menerima karya puisi anak-anak yang ikut kelas puisi hari Senin kemarin. Mereka mengirimkan 1 gambar dan 1 puisi. Karena memang metode yang saya gunakan dengan pendekatan menggambar sebelum menulis puisi.

Beberapa anak yang tidak mengirimkan gambar karena sudah bisa langsung membuat puisi. Ini bukan masalah buat saya. Gambar hanya digunakan untuk memudahkan saja untuk menyalurkan imajinasi anak. Ada tiga anak yang mengirimkan masing-masing dua puisi. Bahkan ada juga puisi-puisi dalam Bahasa Inggris.

3. Respon positif orang tua anak.

Anak-anak yang mengikuti kelas puisi via zoom ini didampingi oleh orang tuanya. Ini memang ketentuan di awal kelas. Jadi orang tua juga tahu pelajaran yang diberikan pada anak-anak mereka dalam kelas puisi.

Pendampingan orang tua saat kelas puisi ini sangat penting. Mereka juga merespon dengan sangat positif. Bahkan mereka terkagum-kagum pada respon anak-anak saat mengerjakan tugas membuat puisi.

Banyak orang tua yang terheran-heran mendapati kenyataan bahwa anak-anak mereka ternyata mampu menulis puisi. Bahkan saking bangganya, mereka sampai mengunggah hasil karya puisi anak mereka ke media sosial.

....
Ketiga hal di atas ternyata sangat berpengaruh baik pada saya sebagai pengajar kelas puisi. Rasanya kelas puisi yang pertama kali berlangsung sangat menyentuh hati. Apalagi saat saya membaca puisi-puisi karya anak-anak. Hati saya terasa girang sekali.

Anak-anak dengan jujur dalam puisi mereka mengungkapkan rasa sayang pada keluarga, sahabat dan juga benda-benda kegemaran mereka. Mereka juga menuliskan tentang cita-cita mereka dalam puisi. Bahkan ada anak yang memperhatikan kondisi bumi dan juga isu sosial.

Dalam puisinya, ada anak yang bisa menunjukkan keprihatinan pada bumi. Bumi yang rusak kena polusi ata ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Puisinya pun merangkaikan dengan kondisi terkini, pandemi Covid 19 akhirnya memaksa manusia tinggal di dalam rumah dan bumi bisa beristirahat sejenak dari polusi yang dibuat manusia.

Puisi lainnya tentang keprihatinan anak pada maraknya kasus penculikan anak yang gencar diberitakan. Sebagai seorang anak, puisinya mengingatkan pembaca untuk berahati-hati. Jangan sampai seenaknya mengunggah data pribadi lewat online. Karena orang jahat ada di mana-mana, di tempat-tempat yang mungkin tidak kita ketahui atau kita duga.

Jujur, saya pribadi sangat trenyuh membaca puisi-puisi anak-anak ini. Ada satu lagi puisi yang dikirimkan mengenai satu profesi yang disukai anak. Yang mengherankan adalah dalam puisi singkat tersebut, dia mampu menunjukkan kelebihan profesi tersebut sekaligus juga rintangan yang mungkin timbul.

Namun anak ini juga memberikan semangat dalam puisinya, meskipun ada rintangan, asal ma uterus belajar, maka akan berhasil menjadi professional di bidang yang diminati tersebut. Luar biasa, ini karya anak SD namun sangat menginspirasi.

Kelas puisi yang berlangsung Senin, 6 Juli 2020 ternyata berhasil menyentuh hati kami, hati saya, hati anak-anak dan hati orang tua anak-anak. Saya sungguh tidak pernah menyangka kalau hasilnya akan sampai sedalam itu.

Bahkan ada orang tua yang menghubungi saya, "Mbak Ari, kapan ada lagi kelas tulis menulis seperti ini?" Ada sebuah harapan kalau saya akan mengadakan kelas literasi lagi di kemudian hari. Semoga ada kesempatan lagi.

Saya senang, Tuhan berkenan memakai saya sebagai pengajar kelas puisi hari itu. saya senang ketika langsung mengiyakan untuk mengajar di kelas puisi atas permintaan seorang teman. Dan semua ini berawal dari sebuah artikel yang saya tulis di Kompasiana.

 Jadi, jangan pernah sekali-kali meremehkan artikel karya Anda sendiri. Sekalipun mungkin sekarang seolah tidak nampak hasilnya. Ada atau tidak pembaca pada artikel yang kita buat, itu adalah hasil karya kita. Mari kita menghargai setiap artikel buah pikir kita ini, terlebih dahulu mulai dari diri kita sendiri.
....


Mari kita terus berbagi kebaikan lewat tulisan dan dalam ketulusan.


Salam literasi

Written by Ari Budiyanti
7 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun