Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Din and Dan

29 November 2019   20:45 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinda masih bercerita dan memuji Dodi teman barunya. Entah mengapa hati Dandi merasa tidak suka dan tidak nyaman. "Hai Dodi, aku Dandi"

Dandi dan Dodi berjabat tangan. Setelah berbincang sedikit, Dodi pamit pulang. Terlebih Dodi tahu kalau Dinda akan pulang bersama Dandi. Dodi akhurnya tahu kalau Dandi adalah sahabat Dinda, bukan kakaknya. Sahabat yang mau menjemput, apakah lebih dari sahabat, batin Dodi. Pertemuan pertama ini sungguh berkesan bagi Dodi. Rasanya ada perasaan suka dan nyaman di hatinya mendadak bertandang setelah sekian lama membeku.

Dandi tidak banyak bicara di perjalanan mengantar pulang Dinda. Dinda jadi merasa aneh. Sahabatnya yang selalu suka banyak bicara tiba-tiba jadi pendiam. "Dan, kamu ada masalah? Kenapa mendadak jadi pendiam gini? Ga seru ah!" Kata Dinda memecahkan kebisuan perjalanan pulang.

"Kamu suka sama Dodi? " tanya Dandi kepada Dinda langsung pada inti masalah yang membuatnya jadi pendiam..

"Iya, suka. Dia anaknya keren Dan. Sudah suka puisi, pintar bikin lagu. Kayaknya tipe ideal yang aku suka deh. Bagaimana menurutmu Dan?" Dinda seolah tidak paham perasaan yang muncul di hati sahabatnya padanya.

"Iya kita lihat saja nanti. Kan baru pertama ketemu juga" Jawab Dandi. 

Hari-hari berlalu, Dinda dan Dodi semakin sering bersama. Terkadang mereka saling berbalas larik puisi. Ada kalanya Dodi memainkan gitarnya mencari nada yang tepat untuk untaian larik puisi mereka berdua. Sungguh relasi yang indah, menarik namun membuat hati Dandi menjadi terusik.

Dandi memang tak pernah lagi selalu bersama Dinda. Hanya sesekali saja selama liburan semester ini. Dandi memilih banyak mengunjungi perpustakaan daerah untuk menghabiskan waktunya. Sampai suatu ketika.

"Dan, ada kabar gembira. Dodi minta jadi pacarnya. Cuman aku belum jawab. Aku butuh masukan darimu" sebuah pesan sudah masuk di HP Dandi saat dia sedang sibuk membaca di perpustakaan. Dandi baru membacanya setelah tiba di rumah.

"Selamat ya" Jawab Dandi singkat pada pesan Dinda. Lalu dia mematikan HPnya. Dia tak ingin membicarakan hal itu. Dia ingin istirahat saja malam itu setelah seharian dia habiskan untuk membaca aneka buku. Tiba-tiba ada rindu menyeruak kalbu. Kehilangan sahabat baiknya, rasanya perih. Sebeneranya mereka masih bersahabat. Namun kehadirian Dodi seperti membentangkan jarak di antara Dandi dan Dinda. Setidaknya itu yang dirasakan Dandi. 

Lelah oleh rasa cemburu, Dandi tertidur sampai mentari menyembul di ufuk timur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun