Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penulis-penulis Cilik

6 Desember 2019   18:05 Diperbarui: 13 Maret 2020   18:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ari. Klampok

Anjani sudah bertekad mengabdikan hidupnya sebagai guru di sebuah sekolah di pedesaan terpencil. Kegemarannya membaca dan menulis selalu dia lanjutkan untuk melengkapi profesinya sebagai tenaga pendidik di desa itu. Guru masih sangat dihormati dan dikagumi di sana. Apa yang dikatakannya pun dianggap serius semuanya. Tidak pernah merasa disepelekan. 

Anjani menjadi wali kelas siswa SD kelas 2. Berawal dari kegemarannya mendongeng Anjani sering menyelipkan kisah-kisah sederhana di tengah pelajaran. Cerita-crita dongeng fabel yang sangat disukai anak-anak. Ada kalanya ia membaca dari buku, namun sering juga dia menceritakan kisah-kisah karangannya sendiri. 

Letak sekolah cukup dekat dengan perumahan penduduk desa. Lebih teptanya di pusat desa. Anjani juga membuka kelas membaca sore di rumahnya. Dia sering meminta teman-teman di kota untuk mengirimkan buku-buku cerita terbaru. Lebih tepatnya Anjani pesan untuk dibelikan dengan mentransfer uang pembelian.

Namun yang ada teman-temannya secara rutin mengirininya buku bacaan sebulan sekali sebagai pemberian kasih pada murid-murid Anjani.

Karena itulah Anjani membuka juga perpustakaan anak di rumahnya. Semua anak yang datang ke rumahnya boleh meminjam buku untuk dibaca di tempat. Tidak boleh dibawa pulang. Salah satu murid Anjani bernama Evarini. Panggilannya Eva sangat rajin datang ke rumah Anjani di sore hari  untuk membaca buku. Anjani sangat senang dan sering mengajak Eva berbincang. 

Anjani juga suka menulis. Dia yang mengajari Eva untuk mulai mengembangkan imajinasinya dalam betuk karya tulisan singkat. Eva awalnya mencoba menulis cerita-cerita singkat. Sangat singkat. Tapi apapun hasil tulusan Eva, Anjani selalu menerima dan memberi pujian. Eva semakin giat menulis. 

Kini tulisan Eva bisa sedikit lebih panjang dari sebelumnya. Anjani memberi tahu Eva bahwa kegiatan menulisnya sudah sangat baik. Eva boleh mengajak teman yang ingin belajar menulis cerita bersama Anjani. Eva senang sekali. Di sekolah dia bercerita pada teman-temannya tentang kegemarannya menulis yang didukung Anjani. 

Anjani dengan rajin mengumpulkan karya-karya Eva. Lalu dia juga mencoba mengedit karya Eva agar mempunyai susunan kalimat yang lebih baik. Eva juga anak yang rendah hati dan mau beljar. Eva selalu senang jika Anjani membetulkan beberapa kalimat dalam tulisannya.

Suatu sore Eva mengajak temannya yang bernama Arina. Arin mulai tertarik ikut menulis cerita. Awalnya Arin hanya datang sesekali ke perpustakaan kecil di rumah Anjani. Lama-kelamaan Arin pun rutin datang setiap hari kecuali hari Minggu. Arin akan membantu ibunya berjualan di pasar pada hari Minggu saat pasar ramai. 

Anjani melatih kedua anak ini menulis kisah-kisah sederhana tentang kehidupan sehari-hari. Di luar dugaan Anjani, ke dua anak ini ternyata sangat rajin menulis cerita. Hampir tiap hari Anjani mendapat dua cerita baru tulisan Arin dan Eva. 

Dalam suatu kesempatan, Anjani mencerutakan pengalamannya pada teman-temannya di kota yang rajin mengiriminya buku cerita anak. Lalu teman-teman Anjani menyarankan untuk mencoba membukukan karya-karya anak-anak, Arin dan Eva. Anjani menyetujuinya. Dia memang ada rencana ke sana, namun usul dari temannya membuat dia ingin bersegera melakukan rencananya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun