Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemuisi dan Pemusik itu Bertemu di Taman Bunga

11 Oktober 2019   19:48 Diperbarui: 3 Oktober 2021   01:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Aster. Photo by Ari

Sampai jam makan siang, aku terus mengerjakan tugasku tanpa henti. Hampir lupa aku untuk sejenak makan siang juga pintu ruanganku tidak diketuk seseorang. 

Kebiasaan buruk. Setiap kali bekerja, selalu begini mengejar target sehingga lupa makan. "Masuk" kataku singkat.

Pintu terbuka, "Pak Rian, saya membawakan makan siang untuk Pak Rian. Sepertinya Anda lupa makan siang." Sekar masuk membawa satu kotak makanan yang dipesannya dari luar. 

"Maaf, kalau saya lancang. Saya hanya tidak mau pak Rian sakit. Karena lewat 30 menit dari jam istirahat makan siang, tidak ada tanda-tanda Anda akan berhenti bekerja untuk makan."

Aku masih tak percaya, karyawati baru ini memperhatikanku sampai seperti itu. "Terimakasih Sekar. Letakkan di situ, nanti ku makan" jawabku masih datar tanpa ekspresi. Kututupi keterkejutanku.

"Tapi pak Rian, ini harus Anda makan sekarang juga, kalau menunggu nanti rasanya akan berbeda. Tidak terlalu enak kalau sudah dingin. " ada nada memaksa dalam suara Sekar. Seolah memintaku untuk makan saat itu juga. Entah mengapa tak ada niatan untuk berdebat lagi atau menolak. Aku menatap tajam wajah Sekar.

"Maaf pak, saya permisi. Selamat makan"

Ada nada gugup dalam suaranya kini dan segera bergegas dia berbalik ke luar ruangan, setelah menganggukan kepala sopan. Mungkin dia berpikir aku akan marah padanya sehingga dia bersegera pergi. 

Seusai perginya ada senyum kecil tak kusadari mengembang di bibirku. Sesungging kebahagiaan atas perhatian Sekar. Ah debar itu mendadak muncul lagi. Kenapa ya. Ada apa sebenarnya dengan hatiku. Mengapa lagi di tengah pekerjan menumpuk. Kata orang ini yang namanya galau. 

Segera kusimpan semua file di komputerku. Lalu beranjak menuju meja dengan makanan dalam kota itu. Apa sebenarnya isinya sehingga harus dimakan saat ini juga. Perut ini juga lapar nian. Baguslah ada makanan langsung santap, tak perlu bersusah payah membelinya. 

Nasi dengan sop ayam kampung lengkap dengan sayuran segar. Ada pula buah jeruk sebagai pelengkap. Tersungging senyum lagi di sudut bibirku sehingga wajahku memancarkan bahagia. Aku memang suka makan buah jeruk. Dan nasi sop ayam kampung itu, dari mana dia tahu makanan kesukaanku ya. Apakah Sekar memperhatikanku lebih dari perkiraanku? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun