Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.888 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 17-07-2024 dengan 2.280 highlight, 17 headline, dan 109.421 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Merenda Rindu Gegara Mimpi

15 Agustus 2019   21:46 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:15 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dara, kira-kira kita lolos ga ya di mata kuliah yang satu ini". Ayu datang dari Laboratorium, selesai menemui asisten dosen. Langsung duduk di hadapan Dara yang sedang menikmati es campur di kantin kampus. Tanpa sapaan, salam atau basa-basi saat baru bertemu layaknya teman yang lain. Ayu dan Dara sudah terkenal sebagai sepasang sahabat karib sejak masuk kuliah semester 1. Ayu langsung mengeluarkan kegalauan hatinya pada Dara setelah menempuh ujian akhir semester mata kuliah Fisika Dasar. 

"Aku kira tadi sudah aku coba kerjakan semaksimal mungkin. Kuperas otakku untuk menyelesaikan soal-soal itu. Tapi aku masih juga tidak bisa. Buntu ide. Yang kupelajari seminggu ini seolah terbang melayang-layang di udara sampai ke langit menyatu dengan awan-awan yang sebentar lagi akan menjadi hujan. Mendung kelabu di langit sana senada dengan hatiku kini." Ayu memang mudah sekali menyatakan isi hatinya pada Dara. Iya sering berlebihan begitu. Dara kadang hanya bisa geleng-geleng dan merespon dengan satu kata "lebay".

Ayu heran, sahabatnya seolah tidak menyadari kehadirannya. Dara memang seringkali berperkara banyak hal di pikirannya sehingga tidak menyadari kedatangan Ayu. Lambaian tangan Ayu pun langsung mengenai sasaran, tepat di depan mata Dara. "Hai Non, jangan melamun ajah, ntar kesambet loh" gerutu Ayu yang kesal karena dipastikan keluh kesahnya tadi itu pasti tak terdengar dengan baik oleh Dara. 

Dara tersentak menyadari lambaian tangan Ayu. "Ayu, udah selesai urusan sama si Ryan?" Dara melontarkan tanya yang mengejutkan Ayu. 

"Ryan..? Ryan yang mana? Aku tidak mengerti yang kau maksudkan. Siapa Ryan itu?" Selidik Ayu penuh heran pada Dara. Keningnya berkerut menandakan seriusnya dan melupakan kekesalannya berganti rasa penasaran. Sahabatnya ini punya kenalan bernama Ryan dan aku tidak tahu selama ini. Pikir Ayu.

" Mmm, Ryan itu ... ah aku juga tidak tahu siapa dia" Dara berusaha menyembunyikan dari Ayu. Jadi tadi Dara sedang memikirkan seorang yang semalam muncul dalam mimpinya. Ryan, kakak kelasnya di SMA dulu. Lama tak bersua. Katanya sih Ryan juga kuliah di kampus yang sama dengannya. Tapi masa iya selama satu semester ini tidak pernah bertemu. Rasanya aneh. 

"Dara, ngaku. Ayo siapa Ryan itu?" Ayu yang melihat gelagat Dara menyembunyikan sesuatu, merasa tidak senang. Sudah jadi kebiasaan dan perjanjian di antara mereka, tidak boleh ada rahasia. 

"Ryan.. aku salah bicara. Maksudku asisten dosen baru itu. Siapa namanya? Brian ya?" Kata Dara mengalihkan perhatian. Dia baru ingat ada asisten dosen baru di laboratorium untuk mendampingi para mahasiswa tingkat 1. 

Ayu masih memincingkan matanya, menandakan masih sangsi kalau Dara salah sebut nama. Tapi terburu Dara melanjutkan. "Bagaimana tadi ujian Fisdas? Bisa?" Mendengar kata Fisdas, Ayu baru ingat kekesalannya lagi. Dicuekin oleh Dara saat tadi datang dan curhat. 

"Tuhkan bener, ga didengerin kan tadi ceritaku, ngelamunin Ryan sih ya" gerutu Ayu kesal. "Maap..." Dara merasa tidak enak, sama sekali tak dengarkan cerita Ayu, bahkan tak menyadari kedatangan Ayu. 

"Biasa, ga bisa lagi. Tahu sendiri kan, kalau udah berkaitan dengan hitung menghitung, rumus-rumus dan mengapilkasikannya, aku jadi mati gaya. Fisdas, Matdas, ah dapat C aja syukur. Aku ga bakal mau ngulang untuk memperbaiki. Asal lolos aja."

Dara dan Ayu memang kompak dalam hal ini. Sama-sama tidak ada bakat di bidang hitung-hitungan, angka dan segala sesuatu yang berkisar dengan itu. Seberapapun usahanya belajar tetap aja paling besar nilainya mentok di C. 

"Lalu asdos yang baru itu, gimana? Berhasil melobi dia untuk jadi tutor kita atau tidak? Namanya siapa?" Sambung Dara. Berharap semester depan akan ada penolong yang merelakan waktunya mengajari dua mahasiswi ini belajar mata kuliah Fisika Dasar. 

"Tidak berhasil. Orangnya diem banget. Cuek abis. Kalaupun dia mau, akunya juga yang paling males deh belajar sama dia. Kayaknya jutek gitu orangnya" Dara menghela napas duka. Sedih juga mendapat laporan temannya itu. Andai dia bisa bertemu kakak kelasnya yang bernama Ryan itu. Denger-denger sih ambil jurusan Fisika di kampus. 

Mengapa semalam Ryan bisa menyapa dalam mimpinya. Berbicara dengan sangat dekat. Seolah kami ini berteman baik. Padahal sudah lebih dari satu tahun kami tak bersua. Ryan kelas 3 SMA saat Dara masih kelas 1 SMA. Beda usia 2 tahun. 

Setelah lulus SMA, kabarnya Ryan kuliah di sini, ambil jurusan Fisika. Terakhir bertemu sekitar setahun lalu, saat acara kelas 2 didatangi alumni yang memperkenalkan kampus tempat mereka kuliah. Iya memang hanya bertemu sebentar. Tapi itu jadi pertemuan terakhir di masa SMA Dara. 

Dara mengambil kuliah di FMIPA Jurusan Biologi, begitu juga Ayu. Namun keduanya lemah di mata kuliah wajib, Fisdas dan matdas. Belajar bersama rekan satu angkatan, sama-sama bingung. Tanya dosen, kadang hanya diberi referensi buku-buku untuk dipelajari lebih lanjut. Berharap dosen akan menjelaskan lebih lanjut, ternyata ini ya bedanya jadi mahasiswa dengan siswa SMA. Pikir Dara dan Ayu. Harus lebih aktif belajar sendiri. 

Satu-satunya usaha mereka ya mencari tutor mata kuliah tersebut dari kakak kelas. Tapi tidak ada kakak kelas yang cukup dikenal dekat untuk mengajari mereka kedua mata kuliah itu. 

"Ayu, apa artinya, kalau seseorang di amsa lalu kita muncul dalam mimpi kita. Sekian lama tak ada kontak, tak ada kabar, lalu muncul dalam mimpi mendadak? Apa artinya kira-kira?" Pertanyaan Dara membuat Ayu tersedak saat meminum jus sirsaknya. Dipikirnya aku juru mimpi apa ya. Pikir Ayu kesal. Sahabatnya ini ada-ada saja. Lagi bahas masalah kuliah tiba-tiba menyimpang jauh menjadi membahasa mimpi. Mana disuruh menafsir mimpi. 

"Iya mungkin orang itu lagi kangen kali sama kamu Dara, makanya muncul dan mencarimu lewat alam mimpi" jawab Ayu asal-asalan. Tapi Dara memikirkan jawaban Ayu dengan serius. Dan memberi tanya lanjutan " Tapi Ayu, masa iya dia kangen dan sampe mencariku dalam mimpi, apa emang bisa begitu?" 

Ayu tak bisa menahan tawa gelinya melihat mimik serius sahabatnya. " Hahahah, serius kali bu.. becanda kali.. aku aja jawabnya ngasal tadi. Aku kan bukan pakar mimpi, atau penafsir mimpi, astaga coba deh Dara yang kamu mimpikan itu soal-soal ujian Fisdas, lalu kita bisa kerjakan soal-soal itu. Pasti seru itu" 

Tepukan kecil mendarat suskses di tangan Ayu, sampai hampir tumpah jus sirsak dari gelas yang sedang diangkatnya. "Dara, apain sih. Tumpah nih. Ntar aku disemutin kalau jus ini kena bajuku" gerutu Ayu kesal

Dara diam saja, segera menghabiskan es campurnya. Udara panas di Surabaya ini membuat mereka selalu sangat menyukai minunan dingin dengan aneka varian rasa dan bentuk. Kantin selalu menyajikan aneka jenis minuman dingin. Yang selalu diserbu habis para mahasiswa kampus. 

.....

Pembicaraan lain di sudut kampus yang sama.

"Ryan, kamu yakin mau jadi asdos gantiin aku?" Kata Brian. "Apa kira-kira bisa ya, menggantikan tugas di tengah tahun ajaran begini?" Brian dan Ryan, dua mahasiswa jurusan Fisika yang sudah terkenal sangat berperestasi. 

Tapi anehnya sepasang sahabat Ayu dan Dara masih belum tahu hal itu. Mungkin mereka memang kurang pergaulan ya. Kemana-mana selalu berdua, bingung juga berdua, dan mungkin kurang inisiatif bertanya. 

"Brian, coba saja sampaikan pada beliau. Siapa tahu diperbolehkan". Singkat cerita, Ryan pun resmi menggantikan Brian menjadi asisten dosen di semester genap nanti. Menjadi asisten dosen yang menangani mahasiswa semester awal, tingkat pertama di kampus, harus tahan dengan aneka pertanyaan. Ada loh mahasiswa-mahasiswi yang anti pati sama mata kuliah Fisdas. Tapi karena termasuk mata kuliah wajib, maka semua harus menempuhnya. Suka atau tidak. 

....

Awal semester genap akan segera dimulai. 

Dara dan Ayu sudah mendapatkan nilai mata kuliah yang mereka tempuh di semester 1. Nilai-nilai mata kuliah lainya berkisar A dan B. Tapi nilai Matematika Dasar dan Fisika Dasar, dua-duanya D. 

Mengawali semester 2 ini dengan tidak bersemangat. Meskipun bebungaan tabebuya sedang mekar indah di hakaman depan kampus sedikitpun tak dapat menghiburnya. Sudah dipastikan harus mengulang lagi kedua mata kuliah ini di semester gasal berikutnya. Masalahnya, bagaimana melewati semester genap ini. Bagaimana mengikuti kuliah-kuliah kedua mata kuliah dasar ini. Yang menjadi seperti momok bagi sepasang sahabat ini. 

Matdas 1 dan Fisdas 1 dapat D itu menakutkan. Bagaimana menghadapi Matdas 2 dan Fisdas 2 ya. Dengan langkah gontai, Dara masuk ke laboratorium Fisika untuk pertama kalinya di semester dua ini. Mana kata teman-teman ada asisten dosen baru. Yang boleh dibilang lebih pendiam dan cuek dibanding kak Brian. Tidak ada penjelasan mengapa kak Brian harus mendadak minta diganti mahasiswa lain untuk menjadi asisten dosen juga. 

Masih sepi, Ayu belum kelihatan di labortaorium. Katanya tadi sudah berangkat duluan karena ada perlu di kampus jadi berangkat lebih pagi. Tapi mana dia. Tak nampak di ruangan ini. Baru ada beberapa teman yang datang. Seperti biasa, Dara lebih suka memilih sudut yang tersembunyi di pojok laboratorium. 

Asisten dosen baru itu belum datang rupanya. Sembari menunggu, diambilnya buku petunjuk praktikum Fisdas 2. Dibukanya perlahan dan mulai dibaca-baca perlahan. Lalu terbenamlah Dara dalam materi Praktikum Fisdas 2. Lupa sekeliling. Tanpa disadarinya, ada seseorang datang mendekatinya. 

"Dara.." sapa lembut pemilik suara itu yang tak dihiraukan Dara yang sedang berkerut-kerut keningnya nampak berpikir keras membaca berulang-ulang buku panduan praktikum Fisdas 2. Tanpa sadar dia bergumam " Kalau materinya begini, bisa tidak lulus lagi semester ini. Oh Noooo" reflek ditutupkan buku panduan itu ke wajahnya dengan sedih dan putus asa. Masih tak sadar ada seseorang yang berdiri di sampingnya mendengar semua gumaman pelan itu dan aksi menutup wajah dengan buku. 

Dara baru tersadar keberadaan orang itu ketika buku itu diambil dari tangannya. Sontak Dara terkejut, memalingkan wajahnya. Melihat ke arah orang yang berani mengambil buku yang menempel di wajahnya. Sambil berpikir itu pasti perbuatan Ayu. Karena hanya Ayu yang pasti berani melakukannya. 

" Ayu.. bikin kaget a....." terputus kalimatnya saat orang yang berdiri di hadapannya bukan Ayu. Tapi dia, sosok yang muncul di mimpinya beberapa waktu lalu. 

" Mas Ryan" ... suara Dara tercekat. Seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seseorang yang tiba-tiba terus menari-nari di angannya sejak hadirnya mimpi itu. Iya. Mendadak Dara terus merenda rindu pada kakak kelasnya waktu SMA dulu. Setelah satu semester berlalu, akhirnya bertemu juga di sini. Di ruangan ini, laboratorium Fisika. Jadi, benarkah asisten dosen yang baru itu ternyata mas Ryan? Pikir Dara yang masih juga tak bisa berkata-kata lagi. Terbelenggu dalam bekunya kata-kata  terpenjara dalam gejolak rindu yang akan meluap saja.

...

Bersambung

...

Fisdas = Fisika Dasar

Matdas = Matematika Dasar

Asdos = Asisten dosen

 

....

Written by Ari Budiyanti

Terinspirasi mimpi semalam

15 Agustus 2019

#CerpenAri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun