Mohon tunggu...
Aria bagus iyana
Aria bagus iyana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria nagus.lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria bagus. lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Selanjutnya

Tutup

Humor

Si Sufi Jadi Pemimpin?

23 Oktober 2019   06:52 Diperbarui: 23 Oktober 2019   07:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si sufi jadi pemimpin? Oleh: Aria Bagus Iyana

Sebagaimana tulisan penulis lalu yang sedikit mengulas tentang Tasawuf sebagai pondasi Dasar Ikatan IMM, maka pada kesempatan ini penulis melanjutkan tema tersebut dengan judul Si sufi jadi pemimpin? 

Yang tentu tidak jauh dari seorang figur pemimpin yang tepat dan sesuai pada ikatan IMM tersebut."hai orang-orang yang beriman, taatilah allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada allah (Al Quran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." Q.S An-Nisa: 59

Pemilihan presiden KORKOM maupun komisariat IMM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA telah terselenggara dengan baik sesuai harapan kita semua. Namun perlu di ingat bahwa yang digadang-gadang sebagai pemimpin yang nyawiji yang telah menyatu adalah bagaimana dan seperti apa? Maka dalam tulisan kali ini penulis sedikit mengulas perihal kepemimpinan tersebut.

Di era modernisasi seperti ini. Jujur, kita benar-benar krisis terhadap teladan yang baik dari para pemimpin kita. Sudah sangat lama merindukan sosok pemimpin yang dapat dijadikan teladan secara lahir dan batin. 

Sebagaimana slogan yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara: "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa tutwuri handayani." (artinya; pemimpin yang di depan memberikan teladan, yang di tengah memberikan ide dukungan, yang di belakang mengikutinya). Betapa indahnya ungkapan jawa tersebut, tetapi sayang praktiknya di lapangan masih jauh dari harapan.

Sedangkan menginjak pada IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Organisasi kemahasiswaan ini, merupakan gerakan mahasiswa yang memiki posisi sebagai agen perubahan, tentunya harus di dukung oleh kader-kader yang berkulitas. 

Sebagai gerakan dakwah pula IMM harus memiliki kecakapan baik itu secara spritual, intelektual maupun humanitas sesuai TRIKOM (trikompetensi dasar), guna mencetak kader-kader yang beraklak mulia insan kamil yang senantiasa memperjuangkan amar maruf nahi mungkar. 

Sesuai dengan tujuan IMM pada AD IMM bab III pasal 7 yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah (tanfidz XVI IMM: 2014).

Bisa dibayangkan bahwa figur seorang pemimpin yang semestinya harus memiliki segudang rasa cinta dan kebijaksanaan yang amat tinggi dan luas. Meskipun hanya sekelas KORKOM & KOMISARIAT, Tasawuf yang dikenal sebagai gerakan kedamaian, kejernihan dan keluwesan diharapkan menjadi figur seorang pemimpin yang mampu menjadi masinis sebuah organisasi. Dengan kehadiran tasawuflah diharapkan mampu menjadi solusi atas segala problem dalam tatanan masyarakat, salah satu contoh pada ikatan IMM.

Selama ini garis merah dari tujuan imm itu sendiri nampak bias, bila saja fokus masalahnya pada --revolusis karakter- mengembalikan karakter IMM yang sebenar-benarnya, dengan melahirkan profil kader yang memiliki kemampuan dan kemauan nguri-nguri ikatan. maka di perlunya figur seorang pemimpin yang demikian.

Seorang pemimpin yang tidak kaku, yang mampu dan mau menerima segala masukan para jajarannya. Yang justru tidak mendebatnya atau bahkan menganaktirikan jajarannya. 

Dengan berpikir terbuka dan jangan memutlakkan pandangan, seorang filosof (pemimpin) harus senantiasa membuka diri untuk temuan-temuan baru, kebenaran-kebenaran yang baru. Implikasinya, ia harus mau sewaktu-waktu merevisi pandangan atau pikiran lamanya ketika ada pikiran-pikiran baru yang setelah dikaji secara mendalam-ternyata "lebih benar". Maka tidak heran jika dari kesalahpahaman antara pemimpin dan para jajaran sering terjadi konflik.

Bersedialah menahan diriuntuk tidak memutuskan sesuatu sebelum jelas duduk persoalannya dan memiliki argumen kuat. Seorang filosof (pemimpin) tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memutuskan sesuiatu sebelum ia memiki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang apa yang akan ia simpulan.

Menurut Rumi, dalam diri harus ditumbuh dan dimekarkan cinta. Karena cinta ada pada semua yang ada. Ia menjadi alat pengerak segala makluk menuju cinta abadi. 

Cinta demikian, akan meningkat kepada cinta tanpa batas dan bertemu dengan cinta yang hakiki. Demikian yang dituturkan rumi, dengan menghadirkan cinta dalam setiap kegiatan aktifitas, termasuk dalam sebuah ikatan organisasi ini.

Musuh terbesar seorang pemimpin adalah egoisme, dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah swt. Tidak menciptakan dua hati di dalam rongga dada manusia, Allah swt menciptakan satu hati (QS Al-Ahzab:4). Jika satu-satunya hati itu dipenuhi dengan yang serba duniawi, dengan mengumbar egoisme, berarti tidak ada tempat bagi Allah swt. Di dalamnya.

Terkadang ada pula orang yang sebenarnya telah tau bahwa sesuatu itu benar. Namun, karena alasan tertentu ia tidak mau menerimanya dan meyatakan bahwasanya kebenaran yang ia temukan itu hanya ada pada tataran teori, wacana, sekadar untuk di diskusikan, serta tidak perlu di ambil pusing. Maka nampak ketidak ketegasnya dalam memimpin. Tentu hati dan fikiranya belum bisa bersatu dan selaras. 

Dari hal-hal demikian dapat saja melahirkan sebuah konflik atas kesalah pahaman yang terjadi, sudah sepatutnya haruslah terbangun komunikasi yang baik antar seorang pemikin dengan anggotanya.

Sudah selayaknya figur seorang pemimpin yang tepat adalah yang memiliki kompetensi komunikasi yang baik, dengan menerima terlebih dahulu segala masukan dan jangan terlalu mudah mengambil sebuah kesimpulan apalagi memvonis sesuatu. 

Dan yang kedua sebagai seorang pemimpin haruslah memiliki sistem kepemimpinan yang jelas dan tegas dengan keberadaannya diharapkan mampu menjadi figur yang dewasa dan bijaksana. 

Dan karakter kepemimpinan berikutnya adalah lapang dada. Lapang dada menghadapi segala sikap, tindak dan tanduk setiap anggotanya (jajarannya). Diharapakan dengan karakter-karakter yang penulis sampaikan, semoga menjadi bahan perenungan bersama, sudah siapkah diri kita menjadi pemimpin? -- meskipun hanya memimpin diri kita sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun