Mohon tunggu...
Aria bagus iyana
Aria bagus iyana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria nagus.lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria bagus. lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Selanjutnya

Tutup

Humor

Si Sufi Jadi Pemimpin?

23 Oktober 2019   06:52 Diperbarui: 23 Oktober 2019   07:11 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si sufi jadi pemimpin? Oleh: Aria Bagus Iyana

Dengan berpikir terbuka dan jangan memutlakkan pandangan, seorang filosof (pemimpin) harus senantiasa membuka diri untuk temuan-temuan baru, kebenaran-kebenaran yang baru. Implikasinya, ia harus mau sewaktu-waktu merevisi pandangan atau pikiran lamanya ketika ada pikiran-pikiran baru yang setelah dikaji secara mendalam-ternyata "lebih benar". Maka tidak heran jika dari kesalahpahaman antara pemimpin dan para jajaran sering terjadi konflik.

Bersedialah menahan diriuntuk tidak memutuskan sesuatu sebelum jelas duduk persoalannya dan memiliki argumen kuat. Seorang filosof (pemimpin) tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memutuskan sesuiatu sebelum ia memiki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang apa yang akan ia simpulan.

Menurut Rumi, dalam diri harus ditumbuh dan dimekarkan cinta. Karena cinta ada pada semua yang ada. Ia menjadi alat pengerak segala makluk menuju cinta abadi. 

Cinta demikian, akan meningkat kepada cinta tanpa batas dan bertemu dengan cinta yang hakiki. Demikian yang dituturkan rumi, dengan menghadirkan cinta dalam setiap kegiatan aktifitas, termasuk dalam sebuah ikatan organisasi ini.

Musuh terbesar seorang pemimpin adalah egoisme, dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah swt. Tidak menciptakan dua hati di dalam rongga dada manusia, Allah swt menciptakan satu hati (QS Al-Ahzab:4). Jika satu-satunya hati itu dipenuhi dengan yang serba duniawi, dengan mengumbar egoisme, berarti tidak ada tempat bagi Allah swt. Di dalamnya.

Terkadang ada pula orang yang sebenarnya telah tau bahwa sesuatu itu benar. Namun, karena alasan tertentu ia tidak mau menerimanya dan meyatakan bahwasanya kebenaran yang ia temukan itu hanya ada pada tataran teori, wacana, sekadar untuk di diskusikan, serta tidak perlu di ambil pusing. Maka nampak ketidak ketegasnya dalam memimpin. Tentu hati dan fikiranya belum bisa bersatu dan selaras. 

Dari hal-hal demikian dapat saja melahirkan sebuah konflik atas kesalah pahaman yang terjadi, sudah sepatutnya haruslah terbangun komunikasi yang baik antar seorang pemikin dengan anggotanya.

Sudah selayaknya figur seorang pemimpin yang tepat adalah yang memiliki kompetensi komunikasi yang baik, dengan menerima terlebih dahulu segala masukan dan jangan terlalu mudah mengambil sebuah kesimpulan apalagi memvonis sesuatu. 

Dan yang kedua sebagai seorang pemimpin haruslah memiliki sistem kepemimpinan yang jelas dan tegas dengan keberadaannya diharapkan mampu menjadi figur yang dewasa dan bijaksana. 

Dan karakter kepemimpinan berikutnya adalah lapang dada. Lapang dada menghadapi segala sikap, tindak dan tanduk setiap anggotanya (jajarannya). Diharapakan dengan karakter-karakter yang penulis sampaikan, semoga menjadi bahan perenungan bersama, sudah siapkah diri kita menjadi pemimpin? -- meskipun hanya memimpin diri kita sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun