Mohon tunggu...
Ayu Putri Ariani
Ayu Putri Ariani Mohon Tunggu... Arayuna

Menulis, membuat kue, jalan-jalan, belanja dsb

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Putri Zamrud dari Persia (lanjutan)

28 Juni 2025   21:57 Diperbarui: 28 Juni 2025   21:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Putri Zamrud dari Persia (Sumber: Ayu Putri Ariani)

Bab 3: Lelaki Bernama Azar

Gurun malam tak pernah sepenuhnya diam. Meskipun tak ada angin, pasir berdesir sendiri, seolah mendengar percakapan dari dunia tak kasatmata. Layla, menyamar dalam kerudung biru tua dan menunggang unta putih pemberian Syekh Barzakh, telah menjauh dari istana Zamharir.

Ia mencari Gerbang Narinjah, tapi jalan tak pernah jelas. Kompasnya berputar sendiri, dan bintang Zamrud di langit kadang muncul, kadang lenyap.

Tepat ketika rasa lelah dan putus asa mulai menggantung di dadanya, terdengar suara:

"Jika kau terus berjalan lurus, kau akan bertemu dengan cakar makhluk padang pasir. Jika kau berbalik, kau hanya menemukan bayanganmu sendiri."

Layla terkejut. Dari balik batu tinggi, muncul seorang lelaki berjubah hitam berhiaskan sulaman emas, wajahnya separuh tertutup tudung. Tapi matanya---matanya menyala seperti bara yang tersembunyi di balik abu. Tenang, tapi membakar.

"Siapa kau?" Layla bertanya, tangannya menggenggam pisau warisan.

"Namaku Azar," jawabnya perlahan, suaranya dalam namun lembut. "Dan aku di sini karena langit berkata padaku untuk menemukanmu."

Layla mundur selangkah. "Kau penyihir?"

Azar hanya tersenyum, dan dengan jentikan jarinya, ia membuat api kecil muncul dari udara. Tapi api itu berbentuk bunga zamrud --- lambang keluarganya.

"Bukan sembarang penyihir," katanya. "Aku adalah Penjaga Lintasan Narinjah. Sudah lama aku menunggu warisan terakhir dari kaum cahaya... ternyata dia adalah seorang putri yang keras kepala."

Layla menatapnya dalam diam, campuran kagum dan curiga. Tapi saat ia mencoba membaca pria itu, ia justru merasa... tenang. Seolah mata Azar bisa menembus gelisah yang selama ini ia sembunyikan.

"Kau tahu di mana gerbang itu?"

Azar mengangguk.

"Ya. Tapi gerbang tak akan terbuka hanya karena kau mewarisi darahnya. Ia menuntut lebih... keberanian untuk kehilangan, dan kekuatan untuk mencintai."

"Apa maksudmu dengan cinta?"

Azar mendekat, cukup dekat hingga Layla bisa melihat gurat luka di pelipisnya---luka lama, mungkin dari pertempuran yang jauh.

"Karena tanpa cinta, kekuatanmu bisa menjadi kutukan yang sama seperti ibumu alami. Dan karena... jalan ini tak bisa kau tempuh sendirian"

-Bersambung-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun