Banyak orang mengira bahwa jalur pendidikan dokter di seluruh dunia itu sama. Padahal, beda negara, beda juga sistem kurikulumnya, dan beda juga lama waktu pendidikannya. Di Indonesia, untuk bisa menyandang gelar “dr.” di depan nama saja, butuh waktu yang cukup lama. Tapi, bagaimana dengan negara lain? Apakah lebih singkat? Atau justru lebih lama dan susah? Yuk, kita bahas secara singkat sistem sekolah kedokteran dari berbagai belahan dunia.
Sekolah Kedokteran di Indonesia
Untuk bisa jadi dokter umum yang bisa menangani berbagai jenis penyakit "umum", di Indonesia kita harus menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
- 3,5 tahun kuliah kedokteran (preklinik)
- 2 tahun koas (co-assistant)
- 6 bulan persiapan ujian nasional
- 1 tahun internship (magang)
Jika lancar, masa pendidikan untuk bisa jadi dokter di Indonesia itu sekitar 7 tahunan. Setelah itu, barulah akhirnya kita bisa menyandang gelar dokter (dr.) di depan nama. Inget ya, jangan ketuker dengan gelar doktor (Dr.)—itu gelar S3, penulisannya pakai "D" besar.
Saya dulu kuliah kedokteran di salah satu universitas swasta di Jakarta. Bener-bener berdarah-darah sih kuliah jadi dokter itu. Bukan cuma literally ketemu darah, tapi karena memang banyak banget materi yang harus dipelajari dan kegiatannya super melelahkan.
Kala itu, saya termasuk yang beruntung bisa lulus tepat waktu. Teman-teman sejawat dokter yang lain bahkan ada yang baru lulus setelah 10 tahun lebih. Ada yang gagal waktu kuliah, ada yang gagal waktu koas, ada juga yang gagal saat ujian nasional dokter. Memang semengerikan itu kuliah kedokteran, super sulit.
Sekolah Kedokteran di Luar Negeri
Walaupun kesannya lama, kuliah kedokteran di kita ini termasuk sebentar loh, jika dibanding dengan negara Amerika Serikat atau Kanada. Alur pendidikan dokter di sana berbeda dengan di kita. Untuk jadi dokter yang bisa praktek di masyarakat, seperti dokter umum di Indonesia, mereka harus ambil spesialisasi dulu. Jurusan yang spesialis yang diambilnya adalah family medicine.
Langkah-langkahnya kurang lebih seperti ini:
- Kuliah pelajaran umum selama 4 tahun
- Kuliah medis selama 4 tahun, yang terdiri dari:
- 2 tahun kuliah preklinik
- 2 tahun clinical rotations (koas versi mereka).
- Residensi spesialis family medicine selama 3 tahun.
Jika di total-total, mereka butuh waktu 11 tahun untuk bisa jadi dokter family medicine—yang notabene mirip-mirip dengan dokter umum di Indonesia. Lama banget, kan?!
Gelar mereka setelah lulus adalah MD (Doctor of Medicine), yang ditulis di belakang nama. Gelar ini akan diberikan setelah mereka menyelesaikan kuliah medis.
Bedanya dengan di kita, ketika sudah dapat gelar, mereka gak bisa langsung praktek. Setiap dokter di sana wajib jadi spesialis sebagai syarat untuk bisa praktek. Tanpa residensi spesialis, mereka hanya bisa bekerja di bidang non-klinis seperti riset, administrasi, atau industri farmasi.