Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Istri Suka Menggelapkan Gajiku

29 Juni 2021   13:49 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:56 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Itulah sebabnya aku putuskan memotong setoran ke Lastri dua juta. Karena, ternyata lima juta saja cukup untuk seluruh kebutuhan kami sebulan. Ia malah bisa menyediakan pos untuk pengeluaran tak terduga segala. Oleh karena itu, dua juta jatah ibunya ditiadakan saja. Bisa kutabung untuk kebutuhan masa depan.

Sebenarnya, aku bukannya tak membolehkan dia menyantuni atau membantu ibunya yang memang sudah janda dan tak berpenghasilan. Tapi tak harus dipatok sebesar itu juga setiap bulannya.

Lagi pula, ketika kami mengunjungi ibunya tiap bulan, aku selalu membawakan barang-barang keperluan bulanan, dan sebelum pulang juga selalu memberi uang seratus dua ratus ribu. Itu sudah lebih dari cukup menurutku.

Makanya, aku agak emosi ketika tahu ternyata Lastri diam-diam masih memberi ibunya uang tiap bulan. Dan jumlahnya tak tanggung-tanggung, dua juta! Dan ini berarti telah berlangsung sejak awal kami menikah setahun yang lalu. Aku geram, kenapa baru ketahuan sekarang! Sudah dua puluh empat juta uangku menguap begitu saja!

*****

Sejak hari itu, aku lihat Lastri banyak diam. Kadang murung. Mungkin dia agak terpukul oleh kata-kata ketusku ketika itu. Mungkin juga  kesal karena jatah untuk ibunya sudah tak ada lagi. Kalaupun ada, paling-paling hanya recehan dari sisa-sisa pos pengeluaran lain.

Atau, bisa juga dia mengorbankan anggaran perawatannya. Ia tak lagi beli kosmetik dan skincare dan uangnya dikasih ke ibunya. Tapi sepertinya tidak. Sebab, aku lihat sehari-hari dia tetap bisa berdandan cantik dan wajahnya tetap terawat.

Entahlah, aku tak ambil pusing. Bagiku, yang penting aku telah melaksanakan kewajiban memberi nafkah yang cukup dan juga tak melarang dia menyantuni ibunya sebatas wajar.

*****
Hari ini, sepulang kerja, aku mengunjungi rumah orang tuaku. Tak jauh, masih di kota yang sama. Hanya sekitar dua puluh menit berkendara motor dari rumahku. Aku dan Lastri memang rutin mengunjungi orang tua kami setidaknya sekali dalam sebulan.

"Tumben kau datang sendirian, Mir? Biasanya kan sama Lastri?" tanya Ibu seraya menyuguhkan segelas teh hangat di hadapanku.

"Iya, Bu. Aku tadi langsung dari kantor. Lastri beberapa hari ini agak kurang enak badan. Jadi, nggak bisa ikut sowan ke Ibu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun