Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu dan Bapak "Mengusir" Kami agar Bisa Hidup Mandiri

29 November 2020   00:31 Diperbarui: 28 April 2021   19:42 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AriKeluarga si Budi, wisuda si bungsu (Sumber: Dokpri)

Foto keluarga (Sumber: Dokpri)
Foto keluarga (Sumber: Dokpri)
Dongeng ibu

Orang tua kami adalah guru SD, tentu banyak hal yang bisa diajarkan kepada kami sebagai dasar hidup. Beliau berdua sangat ketat sekali mengatur jadwal kegiatan dan jadwal belajar kami. Terkadang, saya merasa iri karena tidak diperbolehkan untuk melihat tontonan di desa kami (layar tancap, orkes musik, dll) karena harus belajar. Malam hari, untuk melihat tayangan televisi hitam putih yang kami miliki juga sudah terjadwal, kecuali malam Minggu.

Malam sebelum tidur, ibu selalu menyempatkan diri untuk menceritakan sebuah dongeng cerita rakyat, atau cerita rohani. Kami ber empat sangat senang, duduk melingkar untuk mendengarkan. Mungkin saat ini, aktifitas ini bisa disebut dengan literasi. Sebagai bekal kami untuk senang terhadap budaya membaca.

Gurunya guru

Beranjak dewasa, saya dan adik kedua saya sudah SMA, sedangkan adik ketiga dan ke empat sudah SMP. Kami sering membantu ibu dan bapak untuk mengkoreksi hasil ulangan pilihan ganda para murid. Ibu yang membacakan kunci jawaban, sedangkan kami yang melihat dan mengkoreksi LJK siswa. Senang sekali, karena kami bisa membantu, terlebih jika setelah selesai membantu kami kemudian ditrakstir bakso.

Mungkin pengalaman-pengalaman membantu mengkoreksi hasil ulangan tersebut yang kemudian sebagai salah satu pendorong kami untuk mengikuti jejak ibu dan bapak. Selanjutnya setelah dewasa, dari empat anak ada tiga yang akhirnya menjadi guru, meneruskan tugas ibu dan bapak.

Ibu dan bapak mengusir kami

Satu per satu akhirnya empat bersaudara berhasil lulus SMA, kemudian kami dibebaskan untuk memilih mau melanjutkan kuliah dimana saja, asalkan orang tua masih mampu membiayai kuliah kami. Bukan harta atau warisan dalam bentuk benda, uang, atau tanah yang diberikan sebagai bekal hidup kami. Namun bekal dan harta warisan yang diberikan oleh orang tua kepada kami adalah harta warisan yang tidak akan pernah habis, yaitu ilmu dan kesempatan untuk menuntut ilmu. Itulah harta yang paling indah yang diwariskan kepada kami saya dan ketiga adik-adik saya.

Bagaimanapun caranya, ibu dan bapak berusaha untuk mendukung kami agar tetap semangat untuk kuliah, sedangkan untuk urusan biaya jangan kalian pikirkan, itu pesan beliau berdua. Namun dengan satu syarat, setelah selesai kuliah S1 ibu dan bapak meminta kami untuk tidak pulang kampung, harus mencoba hidup mandiri dahulu. 

Terima kasih, ibu dan bapak, atas semuanya. Tuhan memberkati.

Salam hormat, Mr. aBc

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun