Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sisa Gerimis Malam di Awal Desember

4 Desember 2021   07:07 Diperbarui: 4 Desember 2021   07:09 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah kita berdua sejalan di antara rindangnya bunga tanjung yang butirannya berguguran menebar wanginya pagi.
Di bawah palem tanpa kata kita terus berjalan dengan hati yang terus berdegup seperti gemuruh Bromo yang enggan memuntahkan bara lava.
Di antara sepinya suasana cerah kadang kita bertatap mata tanpa makna selain bertanya untuk apa kita di sini.

Pernah kita serumah dalam diam seribu bahasa. Kau mengurung diri sedang aku cuma membayang keindahan surga yang jauh di sana.
Selaksa detak jantung terus kita rasakan mengenang indahnya angan.

Kini tak ada lagi sapa dan senyum yang kulihat selain kenangan hampa di suatu tempat entah di mana.

Bunga tanjung masih bermekaran di depan rumah yang kini sepi.
Setangkai anggrek bulan di dahan tanjung menyapaku dengan keindahan putihnya.
Aku hanya diam terpaku oleh dinginnya pagi dan menanti kehangatan mentari bulan Desember.
Seekor prenjak datang bernyanyi menyapaku saat kulihat setitik embun berkilau menyambut mentari.
Inikah tanda kau akan kembali atau hanya sebuah angan yang tersisa dari gerimis malam di awal Desember?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun