Mohon tunggu...
Ardi Triyasno
Ardi Triyasno Mohon Tunggu... Jurnalis, Writer & Proofreading

Penulis, Kritis, Mengubah realita kehidupan menjadi Inspirasi. Full Struggle. Sebuah karya tulis hadir dari latar belakang kelam.- Pernah terperangkap dalam Fase Psikopatologi. Hidup dalam dunia bebas, Kaku serta Ambisius. Dampak dari beban mental membuat aku lebih Optimis, belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik. "Ketakutanku bukan dengan Kejahatan, Aku lebih takut dengan Kebaikan yang tak mampu terbalas"

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

The Momento Mori

28 April 2025   13:10 Diperbarui: 28 April 2025   13:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto Jejak Langkah (Sumber: Canva/Ardy Trieyasno))

PROLOG---Sebelum Semuanya Lenyap

"Ingatlah bahwa kamu akan mati,
dan justru karena itu, kamu harus hidup sepenuhnya."

Angin laut bertiup pelan, seperti bisikan kuno yang terjebak di antara pohon-pohon damar dan langit senja yang mulai pudar warnanya. Di ujung dermaga kayu yang hampir lapuk, seorang pria berdiri diam, matanya menatap ombak yang datang dan pergi tanpa janji. Namanya Raka. Ia tak tahu pasti apa yang menuntunnya ke pulau ini---pekerjaan, takdir, atau mungkin... pelarian.

Ia datang sebagai orang asing. Tidak hanya pada tanah ini, tapi juga pada dirinya sendiri.

Di balik pegunungan dan suara burung enggang, ia bertemu seorang perempuan. Anjani. Wajahnya seperti bagian dari pulau itu sendiri---tenang, namun tak bisa ditebak. Seperti tanah yang memeluk akar, tapi juga menyimpan bara.

Mereka tidak jatuh cinta.
Mereka tumbuh ke dalamnya.
Perlahan, seperti embun yang tidak memilih daun untuk jatuh.

Namun cinta tidak pernah cukup bagi dua jiwa yang hidup dalam dua dunia. Dunia Raka dibangun dari logika, kota, dan kenangan yang sudah ia kubur. Dunia Anjani berisi adat, langit leluhur, dan restu yang tak mudah didapat.

Mereka mencoba menjembatani dua dunia itu.
Tapi bahkan jembatan terkuat pun bisa rapuh oleh waktu.
Atau oleh restu yang tak kunjung datang.

Pulau ini menyimpan kisah mereka.
Sebuah kisah tentang cinta yang diuji oleh perbedaan, tentang restu yang menjadi harga mati, dan tentang kematian---bukan sebagai akhir, tapi sebagai pengingat bahwa hidup adalah pilihan yang harus dihayati sepenuh hati.

Dan di tengah semuanya, satu kalimat terus bergema dalam benak Raka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun