Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dengan Kecepatan Internet Tri, Bisnis dan Hobi Masih Bisa Jalan di Tengah Pandemi

2 Juli 2020   20:17 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:12 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tri menemani kebuntuan bisnis di kala pandemi. |Dok. Pribadi

Masa pandemi corona ini membuat masyarakat semakin was-was. Kebiasaan baru harus segera dibiasakan. Apalagi kita harus menyesuaikan diri dengan protokol kesehatan yang ada. Pastinya biar nggak ketularan virus ini. 

Penyebaran virus covid-19 bisa terkontrol ketika masyarakat mengikuti protokol kesehatan. Istilahnya sekarang sih "New Normal". 

Meski begitu, baik sebelum ada "New Normal" maupun ketika sudah diterapkan, berbagai aktivitas kita jadi terhambat dan terhalang oleh jarak. 

Contohnya saja "social distancing" dan "physical distancing", istilah untuk jaga jarak agar aman dari tertularnya virus covid-19 ini. Masyarakat harus menjaga jarak untuk melakukan aktivitas tatap muka ataupun aktivitas sosial. 

Menurut saya ini kan bikin ribet dan menganggu banget! Manusia kan makhluk sosial, berkumpul dan mendekatkan diri itu kan hal lumrah. Masa harus jaga jarak sih!? 

Mau tidak mau, memang harus seperti itu. Tetapi hal ini berdampak besar bagi pekerjaan saya yang seorang penjual jajan. 

Saya membeli jajanan pasar murah lalu saya distribusikan atau titipkan ke toko-toko sekitar rumah saya setiap harinya. Selain itu saya juga membuat martabak telur. 

Namun, ternyata tidak sebanyak dulu yang membeli, jajanan pasar dan martabak telur saya banyak tersisa. Laku sedikit dan balik modal syukur. Tapi kalau rugi, ya jadi buntung. 

Saya merenung jadinya, "apakah ini karena orang-orang sering banget di rumah jadi mager keluar rumah?". Itu bisa jadi salah satu faktornya. 

Tapi ternyata ada faktor eksternal lain juga. Yakni portal-portal di daerah rumah saya banyak yang ditutup aksesnya. 

Haduh, katanya "New Normal". Ingin membangkitkan ekonomi, portal ya jangan ditutup terus dong. Pelanggan dari tempat lain yang mau beli jadi harus muter-muter. Habis bensin jadinya. 

Malah jadi malas beli mereka. Masa mereka merangkak dari bawah untuk melewati portal hanya untuk membeli jajan!?. Kayak halang rintang saja, tenaga mereka malah terkuras dong (becanda). 

Kalau begini kan saya jadi pusing, apalagi untuk menafkahi hobi saya malah gak bisa. Maklum belum punya pasangan hehehe. 

Selain untuk kebutuhan sehari-hari, uang hasil penjualan jajan dan martabak, saya sisihkan untuk membeli buku. Seperti buku novel, psikologi ataupun self improvement. 

Saya akhirnya berputar-putar (dipikiran saja, bukan mengelilingi perumahan lho) untuk mencari solusi atas permasalahan ini. 

"Kenapa gak nyoba jual online saja?"

Iya bener banget, sekarang kan jamannya online. Saya mencoba beberapa cara untuk memaksimalkan paket data internet saya. 

Daripada terbuang hanya untuk bermain game dan menonton video unfaedah, kenapa gak dicoba untuk mengawali bisnis? 

Apalagi dengan jaringan 3 Indonesia yang saya gunakan. Dengan kartu 3 "4.5G Pro", kecepatan yang cepat dan kuat, untuk urusan akses internet jangan diremehkan lagi. Sudah juara. Main game dan streaming video saja lancar jaya, apalagi hanya "browsing" di google. 

Namun saya tidak hanya mencoba jualan jajan dan martabak saja. Saya mencoba untuk menjadi reseller keripik singkong. Sebenarnya ibu saya sudah menjadi reseller sih, tapi bedanya ibu saya mendistribusikan nya ke toko dan supermarket tanpa promosi melalui media sosial. Bantu tipis-tipis lah. 

Beginilah cerita saya memaksimalkan potensi paket data internet dengan jaringan "4.5G Pro" dari kartu 3. Sembari menjalankan bisnis dan juga menghidupi hobi. 

Mencoba Bisnis Keripik Singkong Lewat Marketplace

Awalnya sih coba-coba, saya juga sempat bingung. Gimana sih biar bisa jualan di market place "S". Saat itu saya "browsing" tipis-tipis untuk melihat langkah-langkah jualan di marketplace "S".

Saya tidak lupa untuk foto produk keripik saya agar nanti di upload ke marketplace tersebut. Keripik singkong yang saya jual memiliki dua varian rasa. Yakni bawang putih (original) dan juga pedas manis. Saya memiliki sekitar 200 stock keripik singkong berada di rumah. 

Keripik Singkong Dipacking ulang |Dok. Pribadi
Keripik Singkong Dipacking ulang |Dok. Pribadi

Pengaturan harga dan stock juga saya lakukan. Rekening bank, alamat email, no. Handphone dan sebagainya juga sudah saya input. 

Syukurlah, ketika sudah menaikkan produk keripik singkong saya di marketplace "S" tersebut , ada orderan masuk dari pembeli, meski hanya membeli empat saja. 

Jualan Keripik di Marketplace | |Dok. Pribadi
Jualan Keripik di Marketplace | |Dok. Pribadi

Namun tidak berhenti dari situ, saya mencoba untuk mempromosikan barang dagangan saya melalui media sosial pribadi. Agar dikenal banyak orang dan untung-untung jadi calon pembeli. 

Promosikan Jajan Pasar dan Keripik Singkong Menggunakan Media Sosial

Pada awalnya, saya merasa malu untuk memposting atau mempromosikan dagangan di sekitar rumah saya melalui media sosial. Karena memang sudah cukup untuk menjualnya di toko-toko sekitar rumah.

Martabak Telur buatan ortu dan saya |Dok. Pribadi
Martabak Telur buatan ortu dan saya |Dok. Pribadi

Sudah dapat untung dan sering laku. Namun, dengan kondisi pandemi ini, yang beli jadi berkurang. Banyak sisa, sehingga keuntungan menurun drastis. Turun sekitar 40-50 persen, terkadang hanya balik modal bahkan rugi. 

Stock jajan pasar yang biasanya 50-60 an dikurangi menjadi 15-30. Martabak telur yang biasanya 80-100 dalam sehari, kita kurangi 40-50 sehari. 

Apalagi dengan seringnya orang-orang berada di rumah dan enggan berpergian selama pandemi ini. Dengan portal yang menutup beberapa jalan di daerah rumah saya, menghambat akses pelanggan yang biasanya datang berkunjung ke toko untuk membeli. 

Dengan situasi seperti ini, mau tidak mau saya memang harus mempromosikan barang dagangan saya melalui media sosial. Berharap ada yang berminat dan membeli. 

Akhirnya saya coba memberanikan diri untuk sering mengupload dan membuat status tentang barang dagangan saya. Dalam waktu yang tidak lama, ternyata ada yang berniat membeli dan memesan jajanan pasar dan martabak untuk keesokan harinya. 

Promosi jajan pasar lewat Status Whatsapp | |Dok. Pribadi
Promosi jajan pasar lewat Status Whatsapp | |Dok. Pribadi

Selain itu, saya juga mempromosikan keripik singkong saya dan membuat akunnya di media sosial. Alhamdulillah, ada banyak yang berminat membeli secara COD di kota Malang. 

Akun Instagram dan chat dengan pembeli | |Dok. Pribadi
Akun Instagram dan chat dengan pembeli | |Dok. Pribadi

Total ada 60 keripik yang sudah terjual. Beruntungnya lagi saudara saya melihat produk saya. Saudara saya yang berada di Tangerang berminat menjadi reseller dari keripik singkong saya. 

Penjualan keripik dari saudara saya |Dok. Pribadi
Penjualan keripik dari saudara saya |Dok. Pribadi

Saya mengirimkan 50 keripik singkong sesuai dengan pesanan beliau. Entah ilmu apa yang digunakan, Tiba-tiba stock sudah mulai habis, dan beliau memesan 50 keripik singkong lagi untuk dikirimkan ke Tangerang. Total sudah 160 keripik singkong yang sudah terjual. 

Dengan adanya media sosial, dan menggunakannya sebagai media promosi. Orang-orang jadi mengenal kita sebagai penjual jajanan pasar, martabak telur dan juga keripik singkong. 

Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan penjualan di masa pandemi corona. Memanfaatkan teknologi smartphone dan internet dalam sebuah bisnis, menjadi salah satu cara untuk menghadapi krisis walau hanya di rumah saja. Meski ngeluarin uang bensin karena mondar-mandir sih, hehehe. 

Keuntungan yang didapatkan cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari, terutama jika dibandingkan sebelum saya memanfaatkan media sosial sebagai ladang promosi dagangan saya. 

Dengan kembali normalnya penjualan, saya masih bisa menjalani hobi saya untuk membeli buku baru. 

Beli Buku? Lewat Online Saja

Sebelum pandemi menyerang negeri ini, saya sangat sering beli ke toko buku seperti Gramedia dan Togamas. Saya juga belum tahu jika bisa membeli buku secara online. 

Meski sudah tahu jika bisa membeli buku secara online, saya enggan untuk beli buku lewat marketplace, karena merasa tidak biasa saja. 

Namun karena corona sudah mulai menyebar, saya mencoba untuk membeli buku secara online. Meski terhalang oleh jarak saat pandemi (jika merujuk istilah social dan physical distancing) , jual-beli buku tidak mengenal jarak. 

Adanya marketplace atau aplikasi jual beli online memudahkan penjual dan juga pembeli. Terutama saya saat membeli buku yang saya ingin baca. 

Dalam marketplace ternyata ada Mall ataupun Star Seller yang dinilai sebagai penjual yang terpercaya dan kualitasnya baik. Sehingga pembeli tidak perlu ragu lagi. 

Sebagian keuntungan dari penjualan hasil berdagang di masa pandemi, saya gunakan untuk membeli buku-buku yang menarik perhatian saya. Total ada 17 buku yang saya beli di kala pandemi ini. 6 diantaranya saya beli saat bulan Juni lalu. 

6 buku yang saya beli secara online di Bulan Juni
6 buku yang saya beli secara online di Bulan Juni

***

Penyebaran virus corona membuat semua gerak-gerik kita terbatas. Sebagai manusia, kita harus bisa beradaptasi dengan situasi yang ada. 

Dalam hal ini, situasi pandemi sekarang menuntut kita untuk bisa menjaga jarak dalam menekan lajur penyebaran virus covid-19. 

Dengan memasuki tatanan "New Normal", terbatasnya jarak sudah bukan menjadi alasan dan halangan untuk menghadapi masa-masa krisis. 

Memanfaatkan jaringan 3 Indonesia yang AlwaysOn, terbatasnya aktivitas manusia karena adanya "jarak" bukanlah suatu masalah. 

Dengan mengawali bisnis secara online menggunakan kartu 3 "4.5G Pro", saya bisa memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga serta masih bisa menjalani hobi untuk terus membeli juga membaca buku baru. 

#KalahkanJarak bukanlah hanya sebuah kata manis semata. Jaringan 3 Indonesia yang kuat merupakan hal yang membuat saya memilih kartu perdana ini sebagai paket data internet. Buktinya di kota Malang, cakupan 4.5G dari jaringan 3 Indonesia sudah luas (bisa cek di www.tri.co.id) 

Cakupan jaringan 4.5G pro di Kota Malang dan Sekitarnya | Tangkapan Layar dari tri.co.id/coverage
Cakupan jaringan 4.5G pro di Kota Malang dan Sekitarnya | Tangkapan Layar dari tri.co.id/coverage

Dari rumah saja, menggunakan produk AlwaysOn dari Tri, saya bisa produktif menjalani bisnis dan hobi dengan baik di tengah pandemi. Bagaimana dengan kamu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun