Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Virus Covid-19 dan Penerapan Stoisisme

20 Maret 2020   05:15 Diperbarui: 20 Maret 2020   14:30 3868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari dailystoic.com

Penyebaran Virus corona, Covid-19 di seluruh penjuru dunia memberikan dampak di berbagai aspek. Dari ekonomi, pendidikan, pariwisata sampai aktivitas sehari-hari manusia terkena imbasnya.

Adanya social distancing yang digaungkan sampai adanya berbagai macam salam seperti salam "siku" dan "namaste" merupakan bentuk dari antisipasi atas kekhawatiran manusia terhadap penyebaran virus ini.

Meski begitu mungkin ada yang sangat was-was akan tertular dengan virus ini. Apalagi pemerintah juga menggalakan "aktivitas di rumah". Padahal tidak semua pekerjaan di dunia ini bisa dikerjakan dari rumah.

Pantas saja abang-abang Gojek, pedagang pasar, kuli bangunan, buruh pabrik dsb merasa "working from home" atau #dirumahaja sebagai diskriminasi halus dari pemerintah dan sebagian masyarakat yang mungkin hanya memperhatikan orang-orang kantor berdasi yang rutinitas pekerjaannya di depan layar komputer.

Apalagi terkait shalat berjamaah, adanya polemik untuk melarang shalat jamaah sampai memberikan shaf yang renggang untuk antisipasi tersebar virus corona ini membuat banyak orang cemas.

Ada yang masih takabur, jika virus ini dari Tuhan dan semua pasti baik-baik saja meski dalam kerumunan karena berada dalam lindungan Tuhan. Sikap yang terlalu "santuy" ini yang bikin manusia Indonesia "geleng-geleng" terus melihat berita yang ada.


Salah satu berita di Jawa Timur, shalat berjamaah masih tetap dilakukan, selama mal dan tempat wisata dibuka. Saya mengerti, tapi kenapa membandingkannya dengan mal dan tempat wisata? Di sana social distancing masih bisa dilakukan. Tetapi shalat berjamaah? Ah, sudahlah saya bukan ahlinya.

Maraknya berita-berita terkait corona (Covid-19) ini membuat masyarakat dipusingkan oleh berbagai kemungkinan yang mengakibatkan mereka cemas berlebihan dan tak berdasar. Sehingga menjadi overthinking dalam menyikapi masalah ini.

Bodoh amat dengan konspirasi dari penyebaran virus ini. Dampak penyebarannya saja, sudah menyerang mental di masyarakat. Yang akhirnya membuat kita khawatir berlebihan.

Meskipun wajar saja kita cemas, dibutuhkannya pengendalian diri dalam menyikapi pandemi ini menjadi hal yang utama.

Stoisisme, merupakan aliran filsafat yang mengajarkan pengendalian diri agar kita hidup selaras dengan alam. Konsep sederhananya adalah manusia tidak bisa mengubah hal-hal yang terjadi di sekitarnya (faktor eksternal). Manusia hanya bisa mengendalikan pikiran dan tindakan saja.

Dan sama seperti ilmu filsafat pada umumnya, Stoisisme pastinya menggunakan nalar (berpikir) dalam menanggapi setiap peristiwa dan permasalahan yang ada agar hidup selaras dengan Alam

Jika kita melihat penyebaran virus corona, hal ini merupakan sesuatu yang telah terjadi. Maka fenomena tersebut merupakan sesuatu yang tidak berada di bawah kendali kita. Dalam praktisnya kita hanya bisa mengendalikan pikiran dan tindakan kita dalam melihat isu ini.

Cara kita menanggapi dan merespon situasi ini yang bisa kita kendalikan. Terutama ketika kita sering melihat berita-berita atau update terbaru dari kasus Covid-19 di Indonesia. Pastinya persepsi muncul merupakan manifestasi dari kecemasan, sehingga kita akan sering meresponnya secara khawatir.

Berarti pasrah gitu kalau menanggapi situasi ini? Bukan begitu. Dalam buku Filosofi Teras, dijelaskan

"Di semua situasi, bahkan saat kita merasa tidak ada kendali sekalipun, selalu ada bagian di dalam diri kita yang tetap merdeka, yaitu pikiran dan persepsi." Filosofi Teras hal. 54, Henry Manampiring

Artinya jangan menanggapi fenomena ini dengan perasaan dan emosi kita, tetapi dengan nalar dan akal sehat kita sebagai manusia. Kita bisa mengontrol pikiran kita dengan meminimalisir konsumsi berita terkait virus Covid-19. Sehingga hal-hal yang membuat kita cemas dan khawatir terkait fenomena ini bisa berkurang.

Selain itu tindakan apa yang bisa lakukan dalam wabah ini? Dalam prinsip stoisisme, individu lebih berfokus pada perilaku yang dilakukan (faktor internal), bukan pada apa yang terjadi (faktor eksternal).

Jadi sebaiknya kita lebih fokus menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Mulai dari rajin mencuci tangan, olahraga teratur, konsumsi vitamin dan mungkin makan-makanan yang bergizi.

Selain itu himbauan dari WHO dan pemerintah juga perlu diperhatikan, diantaranya adalah social distancing, pemakaian masker, serta cara bersin dan batuk yang baik (tutup dengan tisu atau siku bagian dalam).

Meskipun tidak semua bisa #dirumahaja, setidaknya kita perlu menjaga diri dengan baik ketika beraktivitas di luar rumah. Atau ketika sudah pulang ke rumah, lebih baik membersihkan diri dengan mandi ataupun cuci tangan saja sepertinya perlu dilakukan.

Jika terlalu fokus pada faktor eksternal, dengan membaca berlebihan semua berita yang ada terkait Covid-19, bisa saja Anda terbawa perasaan, tidak berpikir jernih dan lupa untuk bertanggung jawab pada diri Anda sendiri.

Terlepas juga virus corona buatan manusia atau dikirim oleh Tuhan, jangan terlalu berlebihan dan berlarut-larut dalam ketakutan.

Stoisisme mengajarkan kita untuk berfokus pada diri sendiri. Menggunakan akal pikiran dalam menanggapi semua situasi di kehidupan ini.

Berita dan informasi media tentang corona yang sudah menjadi headline di mana-mana sulit sekali kita kendalikan. Lebih baik kendalikan persepsi dan perilaku apa saja yang bisa kita lakukan di tengah wabah virus Covid-19, sehingga kita bisa merasa tenang dan tidak panik.

Kritik dan Saran Terbuka untuk Tulisan Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun