Ada orang tak berkeringat mau masuk kabinet, demikianlah isu dibalik isu reshuffle kabinet Presiden Prabowo Subianto. Isu dibalik isu itu pun mengundang beragam komentar dari partai pendukung pemerintahan saat ini. Ada yang mengatakan bahwa masalah reshuffle adala hak prerogratif presiden, ada juga yang menyebut yang masuk kabinet lebih diutamakan yang berkeringat.
Dalam kabinet yang dibentuk oleh Prabowo Subianto, terlihat struktur besar. Selain menterinya bertambah karena ada pemekaran kementerian. Tak hanya itu masing-masing menteri memiliki wakil bahkan ada yang wakil menterinya sampai tiga orang. Kabinet yang besar ini dibentuk selain katanya untuk menjawab berbagai permasalahan bangsa, juga karena akomodatif Prabowo Subianto kepada para partai pendukung ditambah dengan dari perwakilan ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah, juga ada unsur dari kalangan relawan tim pemenangan Prabowo-Gibran.
Meski kabinet ini sudah besar namun sepertinya semua kekuatan partai politik belum semuanya terserap dalam kekuasaan Prabowo, seperti PDI-P dan Partai Nasdem serta sosok atau figur tertentu yang mempunyai pengaruh yang kuat di masyarakat.
Prabowo bisa jadi berharap agar semua kekuatan yang ada, baik secara institusi maupun person yang mempunyai pengaruh di masyarakat yang kuat untuk bergabung dalam kekuasaannya dengan alasan untuk persatuan nasional di samping juga untuk mengendalikan mereka.
Dalam Pilpres 2024, ada tiga kekuatan pasangan, salah satunya Prabowo sendiri. Ketiga kekuatan itu diusung oleh masing-masing partai. PKS dan PKB yang mengusung Anies Baswedan sudah berada dalam kekuasaan, nah sisa partai yang lain termasuk figur capres dan cawapresnya, seperti Anies Baswedan, Mahfud MD, dan Ganjar Pranowo inilah yang masih mempunyai kekuatan di luar kabinet. Kekuatan inilah yang hendak diserap oleh Prabowo. Meski PDI-P sudah menyatakan menjadi mitra strategis di luar kabinet namun masih ada yang lain.
Yang lain inilah yang disuarakan oleh berbagai kelompok masyarakat agar dimasukan dalam kabinet. Memang mereka tidak berkeringat bahkan menjadi rival dalam pilpres namun figur maupun partai yang ada mempunyai pengaruh yang kuat di masyarakat. Dengan memasukan mereka dalam kekuasaan maka stabilitas politik yang diinginkan oleh penguasa semakin terjaga.
Namun hadirnya orang (maupun partai) yang tak berkeringat dalam kekuasaan pastinya akan menimbulkan rasa cemburu pada partai-partai yang lebih dahulu masuk dalam kabinet. Mereka cemburu karena usaha keras mereka ditimbang sama dengan mereka yang berada di luar. Hadirnya orang yang tak berkeringat ini dirasa juga akan membuyarkan kenyamanan suasana kabinet sebab sosok yang tak berkeringat ini memiliki kapasitas dan profesionalitas yang besar sehingga ide dan gagasannya bisa melampaui politisi-politisi yang sudah lama berada dalam kekuasaan. Hal demikian tak hanya mengganggu citra politisi yang sudah memiliki panggung di kabinet namun juga citra presiden menjelang Pilpres 2029.
Nah sekarang tinggal memilih apakah perlu memasukan orang yang tak berkeringat ke dalam kabinet demi persatuan dengan konsekuensi mengganggu agenda Pilpres 2029 atau ada pilihan yang lain? Biarlah presiden yang menjawab karena reshuffle adalah hak prerogratifnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI