Di era perubahan yang begitu cepat, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga memiliki mindset dinamis. Istilah ini mengacu pada pola pikir yang lentur, terbuka, adaptif, dan siap berkembang mengikuti perubahan zaman. Jika dahulu guru dipandang sebagai "sumber utama ilmu", kini perannya lebih pada fasilitator yang membimbing siswa agar mampu berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.
Namun, pertanyaannya: bagaimana sebenarnya cara seorang guru bisa memiliki mindset dinamis? Apakah cukup dengan mengikuti pelatihan? Ataukah harus rajin membaca teori-teori pendidikan terbaru? Mari kita bahas lebih dalam.
Mengapa Guru Perlu Mindset Dinamis?
Mindset guru bukan sekadar cara berpikir pribadi, melainkan pondasi utama proses belajar di kelas. Psikolog Carol Dweck (2006) dalam penelitiannya tentang growth mindset menyebutkan bahwa individu yang percaya kemampuan dapat berkembang melalui usaha, strategi yang tepat, dan dukungan orang lain akan lebih berhasil daripada mereka yang merasa kemampuannya tetap (fixed).
Data dari UNESCO (2022) menunjukkan bahwa 70% keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kualitas guru, termasuk cara guru menanamkan semangat belajar. Jika guru berpikir kaku, mudah menyerah, dan enggan mencoba hal baru, besar kemungkinan siswanya juga meniru pola pikir tersebut. Sebaliknya, guru yang terbuka pada perubahan akan menulari murid dengan rasa ingin tahu, optimisme, dan ketangguhan.
Di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga menekankan pentingnya "Guru Penggerak" yang berpikir kreatif, inovatif, dan reflektif. Artinya, seorang guru tidak bisa lagi nyaman dengan cara lama. Dunia kerja berubah, teknologi maju, tantangan sosial makin kompleks---guru harus ikut bergerak.
Tanda-Tanda Guru Bermindset Dinamis
Sebelum membicarakan cara, mari kenali dulu ciri-cirinya: