1. Teori BehavioristikÂ
Teori ini adalah pandangan belajar yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diukur dan diamati, yang terjadi sebagai hasil dari hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respons). Seseorang dianggap telah belajar ketika terjadi manifestasi perubahan perilaku yang jelas.
Prinsip Pengkondisian Operan (B.F. Skinner). Menurut tokoh behavioristik B.F. Skinner dengan teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning), perilaku manusia dapat dibentuk dan diperkuat melalui beberapa mekanisme:
- Penguatan Positif (Positive Reinforcement): Pemberian imbalan atau hadiah untuk mendorong pengulangan perilaku yang diinginkan.
- Penguatan Negatif (Negative Reinforcement): Penghilangan hal yang tidak menyenangkan untuk mempertahankan perilaku baik.Â
-Hukuman (Punishment): Pemberian sanksi untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki. Relevansi Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) sangat sesuai dengan Behavioristik karena:
- Guru berfungsi sebagai penyedia stimulus dan arahan yang eksplisit.
- Siswa memberikan respons yang konsisten dengan bimbingan guru.
- Penguatan (seperti nilai, pujian, atau hadiah) diterapkan untuk memastikan pengulangan respons positif.
2. Teori konstruktivistikÂ
Teori ini berfokus pada pandangan bahwa peserta didik secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan, menafsirkan informasi, dan menghubungkannya dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki.Â
Ciri-Ciri Utama Pembelajaran Konstruktivistik:
- Berpusat pada ide siswaÂ
- Mendorong Interaksi dan Diskusi
- Proses dan Hasil Seimbang
- Belajar dari Dunia Nyata
Prinsip Belajar Menurut Jean Piaget:
Piaget menekankan tiga prinsip penting dalam belajar, yaitu:
- Keterlibatan aktif siswa.
- Belajar melalui interaksi sosial.
- Belajar melalui pengalaman pribadi
Empat Proses Kognitif Menurut Piaget
Ketika seseorang menghadapi informasi baru, ia melalui empat tahap kognitif secara berurutan:
- Skema/Skemata: Tahap awal di mana konsep atau kerangka berpikir yang sudah ada digunakan untuk memproses informasi baru.
- Asimilasi: Mengintegrasikan atau mencocokkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada di pikiran.
- Akomodasi: Jika informasi baru tidak cocok, individu akan memodifikasi skema lama atau membentuk skema baru agar sesuai dengan rangsangan baru tersebut.
- Ekuilibrasi (Keseimbangan): Proses penyesuaian diri atau penyelarasan antara struktur internal (skema) dengan pengalaman eksternal, yang merupakan hasil dari interaksi antara asimilasi dan akomodasi.
3. Teori Humanistik Teori ini adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pusat utama proses pendidikan. Fokusnya adalah pada perkembangan pribadi, emosi, dan potensi diri siswa secara holistik melampaui sekadar hasil akademis atau nilai.Â
Pembelajaran berdasarkan humanistik dicirikan oleh hal-hal berikut:
- Berpusat pada Siswa (Student-Centered): Siswa memiliki peran utama dalam menentukan proses belajarnya.
- Guru sebagai Fasilitator: Peran guru adalah sebagai pembimbing dan pendukung emosional.
- Pengalaman Personal: Pembelajaran menitikberatkan pada makna yang diambil siswa dari pengalaman pribadinya.
- Lingkungan Positif: Menciptakan suasana yang aman, terbuka, dan menghargai setiap individu.
- Tujuan Aktualisasi Diri: Berupaya membantu siswa mencapai potensi terbaik dari diri mereka. Tujuan Utama Humanistik
Tujuan utama dari pendekatan ini adalah:
- Â Mengoptimalkan potensi dan kepribadian siswa secara utuh.
- Menumbuhkan dorongan belajar dari dalam diri (keinginan untuk tahu) alih-alih mengejar nilai.
- Mencetak individu yang mandiri, percaya diri, dan memiliki kesadaran diri serta empati terhadap orang lain.
Prinsip Kunci Abraham Maslow Hierarki Kebutuhan & Aktualisasi DiriAbraham Maslow, tokoh sentral humanistik, berpendapat bahwa perilaku manusia didorong oleh kebutuhan yang tersusun secara hierarkis. Kebutuhan tingkat bawah harus dipenuhi sebelum individu dapat termotivasi untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.Lima tingkatan kebutuhan tersebut adalah:
- Fisiologis: Kebutuhan dasar bertahan hidup (makanan, air, tidur).
- Rasa Aman: Kebutuhan akan keamanan, perlindungan, dan stabilitas.
- Cinta dan Memiliki: Kebutuhan akan hubungan, kasih sayang, dan rasa diterima dalam kelompok.
- Penghargaan (Esteem): Kebutuhan akan harga diri, prestasi, dan pengakuan.
- Aktualisasi Diri: Kebutuhan tertinggi, yaitu hasrat untuk mencapai dan menyadari potensi penuh diri sendiri.
Aktualisasi Diri adalah inti dari pandangan Maslow; ini adalah dorongan bawaan untuk mengembangkan semua bakat dan kemampuan. Dalam konteks pendidikan, belajar harus bermakna dan bertujuan untuk mengenal diri serta menumbuhkan potensi tersebut, sehingga selaras dengan upaya individu untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi dalam hidup.
4. Teori KognitifÂ
Teori ini memberikan pandangan penting bahwa belajar adalah proses mental yang aktif dan berpusat pada pemahaman, menolak anggapan bahwa belajar hanyalah respons mekanis terhadap stimulus. Refleksi utama dari teori ini adalah keberhasilannya mengalihkan fokus pendidikan ke dalam pikiran siswa.
Intinya, Kognitivisme menekankan bahwa belajar berarti memproses, mengorganisasi, dan menghubungkan informasi baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada, alih-alih sekadar menghafal. Konsep seperti Belajar Bermakna (Ausubel) menegaskan perlunya materi baru dihubungkan secara logis dengan pengalaman siswa agar pemahaman bertahan lama.
Selain itu, teori ini menyoroti pentingnya pemecahan masalah dan penemuan mendadak (insight) (Gestalt), mendorong model pembelajaran yang menantang dan memicu restrukturisasi kognitif. Hal ini menuntut guru untuk tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga bertindak sebagai arsitek pembelajaran yang merancang pengalaman yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa (Piaget), memastikan pengajaran selalu menantang namun dapat dicapai. Model Pembelajaran Kognitif
Teori kognitif diaplikasikan melalui beberapa model yang mengutamakan keterlibatan mental siswa:
- Discovery Learning (Jerome Bruner): Siswa menemukan konsep sendiri melalui penyelidikan aktif.
- Problem-Based Learning (PBL): Siswa memecahkan masalah nyata untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.Â
- Inkuiri: Siswa mencari jawaban berdasarkan rasa ingin tahu dan proses bertanya.
- Belajar Bermakna Ausubel: Menghubungkan konsep baru dengan pengetahuan yang sudah ada agar materi lebih bermakna.
- Pembelajaran Kontekstual (CTL): Menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI