Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kado Terindah] Maaf dari Surga

13 Oktober 2019   17:06 Diperbarui: 31 Oktober 2019   06:42 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Banarjeeanjana21

Sebuah sentuhan lembut di pundak membawa Rafa kembali ke realita. Aya mengulurkan selembar amplop yang masih tertutup rapat. "Waktu masih sehat, ibu pernah pesan harus kasihkan ini ke Kak Rafa. Kakak baca ya?"

Rafa menerimanya. Aya meskipun sangat penasaran rupanya cukup tahu diri. Gadis itu melangkah menuju gerbang makam agar kakaknya leluasa membaca surat itu tanpa gangguan.

Rafa membuka amplop dan mengeluakan kertas di dalamnya hati-hati. Sebuah surat. Dilihat dari jenis kertas dan luberan tintanya, sepertinya surat itu sudah cukup lama ditulis. Isinya singkat saja.

Rafandha Wijaya, anakku.

Dosa adalah sesuatu yang harus kaubereskan sendiri dengan Tuhanmu.

Namun memaafkanmu adalah kewajiban ibu sebagai manusia sekaligus orang tuamu.

Saat kamu membaca ini, ketahuilah, Nak.

Atas semua yang terjadi, Ibu telah lama memaafkanmu. 

Dan runtuh sudah benteng pertahanan Rafa. Untuk pertama kalinya dalam belasan tahun, dia akhirnya menyerah pada air mata. Berawal dari satu tetes yang tak mampu ditahannya, kini serupa bendungan jebol. Berawal dari sebuah isak kecil, kini sudah diikuti raungan histeris bak orang kesurupan.

"Ibu ... ibu ..." 

Hanya kata itu yang berulang-ulang keluar di antara sedu sedannya. Bahu Rafa berguncang hebat, air matanya membasahi batu nisan dingin yang kini dipeluknya erat. Air mata kepedihan, kehilangan serta penyesalan berbaur menganak sungai sebelum akhirnya perlahan surut. Digantikan dengan setitik kelegaan dan rasa damai yang muncul begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun