Mohon tunggu...
Arachis Verania Ve
Arachis Verania Ve Mohon Tunggu... Author -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cerita Kita di Balik Kotak Suara, Tugas KPPS dan Jam Kerja yang Melampaui Batas

20 April 2019   23:27 Diperbarui: 21 April 2019   08:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jeda sejenak untuk mengisi perut dan shalat. Dilanjutkan dengan perhitungan suara untuk presiden pada pukul 14.00 (paslon 02 mendulang suara) dilanjut penghitungan suara DPR RI, lalu terjadi insident yang tidak diinginkan, kesalahan  pada perhitungan suara DPD RI, jumlah suara yg tertulis di form C1 plano selisih dua angka dengan jumlah surat suara yang ada.

Pak ketua tepuk jidat. Semua mata memandang putus asa.

Terpaksa mau tidak mau, suka tidak suka penghitungan harus diulang. Mulai dari awal lagi. Allahu akbar.

Langit bertambah gelap. Bersin-bersin melanda, mata sudah loyo dan memerah sedari magrib tadi. Sedangkan tugas menghitung masih tiga kotak lagi. Saya mengelus dada. Mohon diberi kesabaran dan kekuatan.

Pukul 00.00. Koneksi eror. Otak, mata dan mulut mulai tidak sinkron. Susah payah mengkondisikan otak agar tetap fokus. Tapi tetap saja mata tidak mau kompromi. Sakit dipuncak kepala saya merajam. Saya tahan. Kaki bengkak, bokong sudah tidak karuan.

Yang lain, lima orang bapak-bapak ( tiga orang diantaranya adalah ahlul begadang, walaupun malam itu saya melihat mereka sama mengantuknya dengan saya) satu ibu muda, plus ibu panwas masih bisa tertawa dan bercanda. Saya sejak kantuk menggelayut sudah kehilangan minat terhadap apa pun "Diam seribu bahasa" selain  mengingat dan menyebut nomor2 parpol dengan suara yang sayup2 sampai.

Tidak ada yang paling saya ingin saat itu. Hanya ingin memejamkan mata barang sejenak.

Penghitungan terakhir untuk DPRD kab diwarnai dengan kepanikan. Hujan angin menerpa tenda kami. Atap tenda bocor di beberap titik, salah satunya tepat diatas tumpukan surat suara diatas meja.

Sigap kami menggeser meja. Form C1 plano tak luput dari terpaan hujan terpaksa dicopot dari dinding. Kotak suara ditumpuk ke tempat aman.

Beberapa saat kemudian hujan reda. Di bawah kaki kami menjadi kolam dadakan. Ujian selanjutnya menyusul, dua kali konslet listrik. Gelap gulita menyergap.

Untung cepat teratasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun