Mohon tunggu...
Arachis Verania Ve
Arachis Verania Ve Mohon Tunggu... Author -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cerita Kita di Balik Kotak Suara, Tugas KPPS dan Jam Kerja yang Melampaui Batas

20 April 2019   23:27 Diperbarui: 21 April 2019   08:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Duka di Balik Penyelenggaraaan Pemilu 2019. Turut berduka cita atas berpulangnya 12 petugas Kpps warga Jabar saat melaksanakan tugas mengawal perhelatan demokrasi 2019.

Diinformasikan bahwa penyebab utama meninggal ke 12 petugas itu di disebabkan kelelahan intens. Semoga amal ibadah mereka diterima di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran. Aamiin yaa robba'alaamiin.

Sedih. Itulah yang saya rasakan saat mendengar berita duka itu. Semoga jasa-jasa mereka menjadikan demokrasi indonesia makin maju dan sempurna serta berpulangnya mereka meninggalkan hikmah agar KPU bisa berbenah dan meninjau kembali sistem teknis dalam pemilu periode berikutnya.
______

Saya merasakan sendiri bagaimana beratnya tugas yang harus diemban. Bahkan kami sebelum hari-H sudah harus begadang, menyiapkan logistik, pembagian tugas, gladi resik, diskusi mengenai ini-itu dan tetekbengek lainnya. Bimtek tidak masuk hitungan.

Dari pagi sudah dikebut, memburu waktu. Kami yang hanya terdiri tujuh orang termasuk pak ketua di tambah dua LINMAS harus berjibaku meladeni DPT yang berjumlah 258 (sesuai surat suara) satu orang harus dobel kerjanya termasuk saya. Rasanya sesak napas, detik menit merambat cepat.

Makin siang warga bertambah banyak berkumpul di sekitar TPS. Mengantri setelah menyerahkan formulis C6 pada petugas pendaftaran. Cuaca panas, beberapa pemilih tampak tak sabar menunggu. Bahkan ada yang memilih pulang karena capek dan bosan namanya tak kunjung di panggil.

Pak ketua tampak gusar, beberapa kali memeriksa jam tangannya. Saya maklum, menurut peraturan, pencoblosan harus selesai tepat pukul 13.00. Sedangkan surat suara masih menumpuk.

Salah satu yang menjadi penyebab lamanya proses pencoblosan adalah durasi setiap pemilih di bilik suara lebih lama dari yang diperkirakan. Apa daya, slogan"bisa diper-quick" tidak berlaku.

Rata-rata pemilih di tps kami adalah sepuh alias lansia. Jangankan disuruh cepat-cepat, membuka dan melipat surat suara pun mereka tampak bingung dan panik. Ya, apa mau dikata selain membiarkan proses berjalan apa adanya, sesuai prosedur alam.

Belum lagi dua petugas kpps saya dan rekan saya harus melakukan pencoblosan di tps yang berbeda. Sebelum 'teng' pukul 13.00 saya dan rekan mohon izin sebentar untuk memberikan hak suara. Beruntung tps yang jaraknya 500m dari tempat kami masih setia menunggu. Lega rasanya.

Akhirnya, Prabowo -  Sandi bisa saya coblos.

Jeda sejenak untuk mengisi perut dan shalat. Dilanjutkan dengan perhitungan suara untuk presiden pada pukul 14.00 (paslon 02 mendulang suara) dilanjut penghitungan suara DPR RI, lalu terjadi insident yang tidak diinginkan, kesalahan  pada perhitungan suara DPD RI, jumlah suara yg tertulis di form C1 plano selisih dua angka dengan jumlah surat suara yang ada.

Pak ketua tepuk jidat. Semua mata memandang putus asa.

Terpaksa mau tidak mau, suka tidak suka penghitungan harus diulang. Mulai dari awal lagi. Allahu akbar.

Langit bertambah gelap. Bersin-bersin melanda, mata sudah loyo dan memerah sedari magrib tadi. Sedangkan tugas menghitung masih tiga kotak lagi. Saya mengelus dada. Mohon diberi kesabaran dan kekuatan.

Pukul 00.00. Koneksi eror. Otak, mata dan mulut mulai tidak sinkron. Susah payah mengkondisikan otak agar tetap fokus. Tapi tetap saja mata tidak mau kompromi. Sakit dipuncak kepala saya merajam. Saya tahan. Kaki bengkak, bokong sudah tidak karuan.

Yang lain, lima orang bapak-bapak ( tiga orang diantaranya adalah ahlul begadang, walaupun malam itu saya melihat mereka sama mengantuknya dengan saya) satu ibu muda, plus ibu panwas masih bisa tertawa dan bercanda. Saya sejak kantuk menggelayut sudah kehilangan minat terhadap apa pun "Diam seribu bahasa" selain  mengingat dan menyebut nomor2 parpol dengan suara yang sayup2 sampai.

Tidak ada yang paling saya ingin saat itu. Hanya ingin memejamkan mata barang sejenak.

Penghitungan terakhir untuk DPRD kab diwarnai dengan kepanikan. Hujan angin menerpa tenda kami. Atap tenda bocor di beberap titik, salah satunya tepat diatas tumpukan surat suara diatas meja.

Sigap kami menggeser meja. Form C1 plano tak luput dari terpaan hujan terpaksa dicopot dari dinding. Kotak suara ditumpuk ke tempat aman.

Beberapa saat kemudian hujan reda. Di bawah kaki kami menjadi kolam dadakan. Ujian selanjutnya menyusul, dua kali konslet listrik. Gelap gulita menyergap.

Untung cepat teratasi.

Lanjut penghitungan. Pukul 02.35 sakit dikepala saya sudah tidak bisa dimaklumi. Rasanya mau pecah, tangan kaki gemetar dan berkeringat dingin saya hapal kondisi fisik saya, gejala seperti itu biasanya sebenatar lagi mau tumbang. Dari pada saya pingsan dan membua repot yang lain dan tentunya menyita waktu. Maka saya izin pada Pak ketua untuk rehat sejenak.

Pukul 03.00 saya dan teman saya, Nika  diperbolehkan pulang. Saya dijemput Pak ajudan, sampai di rumah saya tidak ingat apa-apa lagi.
_____

Pukul 07. 30 ke esok harinya. Kami kembali berkumpul di tps untuk mempersiapkan berita acara dan merekap C1 sampaii pukul. 13.00. Alhamdulilah tugas usai juga. Kami masih dalam keadaan selamat serta sehat wal'afiat.
_____

Semoga ini menjadi kenangan yang tidak mudah kita lupakan.

TPS 10.  Des. Kertayasa. Kec. Cijulang. Kab. Pangandaran. Jawa barat

Ketua - Dadan Ramdani, Spdi
Anggota :
Dedi Kuswandi
Dedi Efendi
Lili Rosdiana ( ini bapak2, bkn emak2. Hhhi)
Ruhidi
Ike Perania Vernandres
Nika Sri Andini

LINMAS
Mas No
Aki Holidin

PANWAS
Sri Melani
_____

Hatur nuhun, Pak ketua yang selalu strong, Pak guru Dedi, Mang Dedi, Pak guru abok Ruhid, Mang Lili, dan Neng geulis, Nika Sri.

Semoga kebersamaan ini menjadikan kita semakin mengenal satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun