Mohon tunggu...
D. Wibhyanto
D. Wibhyanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Bidang Sastra, Sosial dan Budaya

Penulis Novel CLARA-Putri Seorang Mafia, dan SANDHYAKALANING BARUKLINTING - Tragedi Kisah Tersembunyi, Fiksi Sejarah (2023). Penghobi Traveling, Melukis dan Menulis Sastra, Seni, dan bidang Sosial Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Sat Set! Wes Hewes Hewes Whoosh!"

5 Oktober 2023   08:04 Diperbarui: 5 Oktober 2023   15:49 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen "Sat Set! Wes Hewes Hewes Whosh!"(image/ designed by wibnyanto)

"Sat set! Wes Hewes Hewes Whoosh!"

JAKARTA, -Dan waktu pun berlari cepat, secepat bunyi angin berhembus whoosh! zaman terus maju apapun bisa disulap terwujud serba kilat. Seperti bunyi suatu iklan: Sat set! Bat bet, wes hewes hewes whoosh!

Minggirlah kalian, jika tak bisa mengikuti zaman yang berarak menerjang serba instan. Sebab waktu yang berhembus whoosh! bisa melibasmu rata aspal. Atau jadilah penonton saja, duduk manis di pinggiran, jadi orang pinggiran.

Awas itu rombongan pesulap merah dipimpin seorang eMbah, telah bersiap menyulap apapun pintamu, melalui mantera tunggalnya, yang bunyinya demikian: "Sat set! wes hewes hewes whoosh!"

Aku minta jabatan ketua partai, tak perlu mengantre kartu anggota dari bawah tapi langsung pusat. Embah bisa, mbah mampu?

Tenang saja, kukabulkan pintamu itu dengan segera. Sejeda komat kamit: "Sat set! wes hewes hewes whoosh!".


Maka jadilah kamu pimpinan partai. Ketum dekengan dari pusat. Kamu terkekeh kekeh, pidato semau maumulah di mimbar bebas, tak ada yang melarang. Tepatnya, tak ada yang bakal berani menyentuh orang dekengan dari pusat.

Makanya sering main mainlah ke pusat. Jangan jadi pinggiran. Sebab ingat, segalanya segera lewat dengan cepat dari pusat, bukan dari pinggiran, secepat angin berhembus: wes hewes hewes whoosh!

Aku minta jadi Menteri mbah, yang menguasai investasi seisi perut negeri, apakah mbah mampu?  Itu permintaan remah remah, santailah dulu. Lalu mbah komat kamit: "Sat set! wes hewes hewes whoosh!"

Maka jadilah kamu Menteri yang mengurusi para penjudi. Mbah berpesan, jangan urusi duit judinya, tapi urusilah mesin judi onlinenya. Jangan kau urus bandar besarnya, sebab engkau akan dilibas oleh tangan tangan yang ganas.

Mbah berpesan, urusilah semampumu, tak usah ngoyo. Urusilah penjudi kelas teri saja, sebab yang kakap, terutama duit judinya, biarlah itu wewenang pusat. Bukan urusan kaum pinggiran, mengerti?

Mengerti mbah. Oiya, satu lagi mbah, aku minta jadi orang kaya raya, tak perlu mengantre jadi kere. Apakah mbah bisa mengabulkan permintaanku?

Jika kamu meminta, mana mungkin kutolak, tetapi jangan terkejut atau kagetan, sebab semua yang instan ada risikonya. Tunggulah sebentar, kuucap mantera: "Sat set! wes hewes hewes whoosh!".  

Maka jadilah kamu si kaya raya, instan jadi Menteri langsung duduk di pusat, sekaligus jadi orang penting di partai, Dekengan Pusat. Bukan dekengan dari pinggiran kali Angke.

Jadi tiga permintaanmu telah embah kabulkan, catat itu!

Baiklah mbah. Hanya saja, kemarin kok ada Menteri yang tiba tiba mampu menghilang, apakah mbah terlibat?

Di zaman serba instan, segalanya bisa mungkin. Jangan mudah heran atau gumunan. Tak perlu bertapa lama di gunung Kawi untuk menjadi sakti. Untuk sat set, bat bet menghilang dalam sekejab, itu mudah. Jadilah orang pusat. Itu saja kuncinya. Gak usah repot repot.

Eits, maaf mbah, tapi tapi ini kok tiba-tiba ada yang mengganjal, mbah?
Mengganjal bagaimana?

Nganu mbah, sebenarnya saya malu mengatakan. Ini saya kok mendadak prostat, mbah. Malu rasanya jadi orang kaya model saya, kok kena prostat. Mbah bisa sembuhkan saya?

Oo kalau itu, kamu terlalu semberono, mbah kan sudah bilang pulang saja ke rumah, jangan keluyuran. Kamu kemarin dikejar oleh KPK, ealah kamu malah lari sana sini, ya prostatmu kumat.

Soal itu, mbah tidak bisa atasi. Sebab itu tergolong penyakit orang pinggiran. Kamu terlampau banyak foya foya di masa mudamu. Dan itu derita kamu. Nikmati saja. Gak usah repot repot.

Sejeda kemudian, tetiba angin berhembus wass wuss wass whoosh! dan semuanya lalu lenyap dalam sekejab. Hanya semacam kabut putih yang kelihatan.

***

"Mas mas. Bangun, sudah siang", teriak sebuah suara menggedor pintu kamar dari luar. Lelaki itu, AKIHensa namanya, bangun tergopoh gopoh. Dia mengira segalanya telah berubah.

Dia mengira dirinya telah jadi orang penting: sosok Menteri berwibawa, atau Ketum Partai dekengan langsung dari pusat. Nyatanya tidak.

Dia masih jadi orang pinggiran. Orang yang setiap hari berdiri di pinggir kali Angke, menonton Gedung tinggi dan melihat mobil mobil, juga kereta cepat berkelebat: wes hewes hewes, was wus was whoosh! Begitulah bunyinya.

Ah, ngimpi. Batinnya dalam hati.

Jakarta, 5 Oktober 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun