Tanpa ba bi bu, ia melesat menuju kantor pendaftaran jalan sehat.
"Boleh tukar Pak," tanya Dodi kepada petugas pendaftaran. Kali ini yang bertugas adalah laki hitam, bertampan sangar, seperti mantan preman.
"Tukar? Kenapa ditukar?" Petugas itu melotot penasaran.
"Kuponku disitu tertera angka 13, boleh ganti yang lain?"
"Memangnya kenapa dengan angka 13? Pertanda sial ya. Itu kan mitos. Zaman android begini masih percaya takhayul. Itu plat nomor saya juga ada angka tiga belasnya, buktinya selama ini aman-aman saja. Tidak pernah kecelakaan. Itu hanya tentang percayaan saja. Jangan percaya!"
"Tapi boleh tukar nggak?"
"Kalau tidak ikut tidak apa-apa,bisa mengundurkan diri, nanti kita tinggal coret, ganti nama yang lain. Tapi kalau tukar tidak boleh. Nomor itu kan sudah masuk database. Jadi tidak boleh dirubah-rubah. Ini terkait tentang kepercayaan sponsor penyelenggara jalan sehat."
Mendengar penjelasan itu. Wajah Dodi murung. Kemudian, ia pulang dengan perasaan kesal. Harapan untuk mendapatkan motor baru, tak bisa dilanjutkan. Ia hanya pasrah. Kemudian mengambil keputusan tidak mengikuti kegiatan jalan sehat itu.Â
Tepat hari H, pelaksanaan jalan sehat. Dodi mengurung diri di kamar, kupon itu ia letakkan di atas meja makan. Melihat kupon tergeletak, adiknya mengambil dan membawannya ke acara pelaksanaan jalan sehat.Â
Lima ribu orang berjejer rapi, berjalan menelusuri rute jalan sehat yang ditentukan panitia. Di ujung garis finis, mereka berkumpul untuk mendengarkan pembacaan nomor dari panitia yang berada di atas panggung. Berjejer hadiah, mulai dari kecil sampai besar dipamerkan di atas panggung, terkhusus lagi hadiah utama sepeda motor yang sangat mencolok diantara hadiah-hadiah yang lainnya.
Masyarakat nampak kepanasan, dan tak sabar menunggu dibacakan nomor undian hadiah utama.