Mohon tunggu...
Muhammad Aqiel
Muhammad Aqiel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Buruh dan Warisan Orde Baru

17 Desember 2017   12:02 Diperbarui: 17 Desember 2017   12:22 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menilik Pendidikan, hal ini sengaja karena buruh diperuntukkan menjadi tenaga kerja bisnis keluarga Cendana agar kaum buruh mudah dikelabui dengan slogan-slogan nasionalisme yang kebelinger. Saat itu Buruh hanya tau makan, di Timor-timur kaum buruh laksana Tentara tak dibayar sehingga banyak dari mereka yang mati kelaparan, bahkan ada ratusan pemuda timor-timur yang dipindah kerjakan ke pulau jawa demi menghindari pemberontakan dengan iming-iming upah yang layak. Saat itu Pemerintah cenderung memperlakukan buruh sebagai bahan bakar untuk memacu industrialisasi dan mendorong ekspor, hingga untuk hal-hal yang menyentuh kebijakan mereka tak pernah diajak bicara, karena pada saat itu stigma kaum buruh di identikan dengan Komunisme.

Saat itu ada organisasi buruh yang cukup besar pada era Orde Baru, yakni Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Namun, Soeharto membasminya dengan brutal sehingga menimbulkan trauma di kalangan pejuang buruh, bahkan hingga saat ini. Serikat buruh kemudian digiring untuk menjadi lebih berorientasi ekonomis, bukan lagi mempertentangkan kelas.

Dapat disimpulkan, rezim militer tidak hanya merampas kemerdekaan Timor leste, juga merampas kemerdekaan kaum buruh di Indonesia, dalam hal ini mereka belum juga mendapatkan upah yang layak.

Baik pergulatan politik jenis apapun militer selalu tampak berada di arena, mulai dari "PKI vs Kostrad", sampai di era demokrasi sekarang dimana tokoh militer kembali memapangkan wajahnya di catur permainan politik di Indonesia. Militer bukanlah solusi, lihat ketika orde baru berkuasa, pada nyatanya Jenderal-jenderal di atas tampuk masihlah kelas borjuis, mereka begitu terpaku akan kekuasaan sehingga cenderung memperkaya diri dan hidup mewah-mewahan sementara di sekitarnya masih banyak orang yang tinggal di tempat-tempat kumuh, sukar memenuhi kebutuhan sehari-hari, diperdaya legistimasi, dan terinjak-injak oleh kartel sembako. Sekarang pertanyaanya, sudahkah kita merdeka ? lagi-lagi nasib kaum buruh kembali ditikam, padahal mereka pahlawan sejati yang memakmurkan nasib kelas borjuis.

*Pernah diterbitkan di Harian Lampung Post dan katarosim.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun