Mohon tunggu...
dwi apura
dwi apura Mohon Tunggu... Guru - Teacher Blogger

a mom with two daughters

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Sembunyi yang Terhuni

8 Agustus 2016   16:53 Diperbarui: 8 Agustus 2016   18:04 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini coba kau lihat ada berapa kupu yang mendekatimu?
Lalu kau mulai menghitung dengan cepat,
satu, dua, tiga, empat…

Sementara aku memandangi rupa polosmu yang terlihat terburu menjawab pertanyaanku

Hari ini coba kau lihat ada berapa banyak batu yang tumbuh di taman?
Lalu kau mulai berlari di antaranya menabrak ujung kakiku dan tertawa-tawa

Sementara aku mulai jatuh cinta pada pipimu yang kemerahan, pada anak rambut yang tergerai, dan pada tawa yang berderai

Coba kau lihat ada berapa rembulan?
Lalu kau tengadah menatap cahaya tak mengerti apa bedanya

Sedangkan aku jatuh cinta padamu seperti seorang pelayan yang jatuh cinta pada sang puan, mengusik takdirmu dengan kenyataan

Coba kau hitung sudah berapa uban yang kupunya? Lantas kau mulai membelainya helai demi helai, membauinya sampai kau terlelap kenang

Sedangkan aku makin jatuh cinta padamu seperti pertanyaan yang selalu kau lontarkan setiap hari, bertubi-tubi
Setiap pagi di bawah selimut tipis yang mulai usang tentang siapa yang orang-orang sebut dengan binatang jalang

Lalu suatu hari kita bermain lagi di taman batu, dan kau mulai bertanya ini dan itu
Apa ini? Tanyamu kala itu,
Menunjuk satu tempat yang selama ini selalu kita kunjungi, menunjuk ke kupu yang sama, menunjuk pada rembulan yang satu

Aku menghela napas, mengubahnya menjadi bentuk yang entah?
Maaf, sayang kali ini aku tak punya jawaban untukmu

Kau bertanya berkali-kali tentang hal yang sama
Berhari-hari, berganti musim, sampai kau berhenti bicara lantas bergeming

Aku terpekur menatapmu kala itu, tanpa tangis tanpa suara
Seharusnya tak perlu kau tanya tentang cinta, karena ia pasti tumbuh dengan takdirnya

Cinta tersembunyi di antara letupan letupan api dan di bawah bebatuan sungai yang mengalir air di bawahnya

Di antara genggaman tangan yang disebut kita

Di sanalah engkau tinggal, di antara yang tak berjarak, di antara yang bercahaya

Aku menyesal tak mampu menjawab pertanyaanmu, tak melakukan apa-apa sampai kau pergi

Harusnya kujawab saja saat itu, itu aku dengan segenap rasaku

Untukmu bidadari kecilku
Berbaringlah di sebelahnya
Di sebelah dia yang juga kucinta
Di sebelah pusara ibumu yang dulu pernah kau tanya

July 1, 2016LDR2 CommentsEdit"#Day8: Cinta Sembunyi yang Terhuni"OLDER POSTS

Ara Dewi

see me on twitter

August 2016SMTWTFS« Jul   12345678910111213141516171819202122232425262728293031 

Blogroll

Archives

Instagram

In order to use this Instagram widget, you mustconfigure itfirst.

Instagram

In order to use this Instagram widget, you mustconfigure it

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun