Mata Kim Jun berbinar-binar. "Sungguh-sungguh seperti itu? Aku tidak perlu belajar lagi?"
Guru privat-nya mengangguk sekali lagi.
"Baiklah. Tapi aku lebih suka bermain catur. Basket membuatku kelelahan. Mungkin karena tubuhku tidak tinggi."
"Menurutku kau cukup tinggi."
"Kata Ibu aku cukup tinggi tetapi tidak setinggi ayahku."
"Oh, ya, aku tidak pernah melihat ayahmu. Apakah dia juga gugup sehingga pergi meninggalkan rumah seperti ibumu?" Guru privat itu mungkin bergurau tetapi air wajah Kim Jun berubah seketika.
"Aku tidak pernah bertemu ayahku. Dia meninggalkan kami sejak lama."
Guru privat menghela napas. "Aku minta maaf. Aku pikir selama ini, ayahmu sedang bekerja atau mengunjungi suatu tempat."
"Ibu tidak menikah setelah ditinggalkan Ayah." Kim Jun tiba-tiba terkekeh. "Sangat canggung menyebut kata 'ayah'. Aneh."
Guru privat mengusap wajahnya. "Untuk itulah ibumu selalu ingin yang terbaik. Dia pasti ibu yang hebat."
Kim Jun menatap langit-langit ruangan seperti mencoba mengingat-ingat. "Selain kepanikannya yang tidak beralasan, Ibu adalah perempuan dengan sejuta keistimewaan."