Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Permintaan Gadis Berambut Gimbal

15 Oktober 2020   19:18 Diperbarui: 15 Oktober 2020   21:16 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: libreshot.com


Dahayu,  adalah Gadis kecil yang tinggal di sebuah Desa, tepatnya di dataran tinggi yang suhu udara sangat dingin. Usia Dahayu saat ini baru  10 tahun,  dia tinggal bersama kedua orang tuanya, seorang juragan kentang. Dahayu adalah anak tunggal, hingga terkadang semua permintaannya selalu dituruti oleh orang tuanya.

Ketika Dahayu masih berusia 1 tahun,  dia pernah sakit panas hingga kejang-kejang, beberapa kali Dahayu dibawa ke dokter yang berada di Kecamatan tapi tetap tidak ada perubahan. Selama hampir 3 bulan lamanya ia sakit. Sampai akhirnya Dahayu sembuh sendiri disaat kedua orang tuanya sudah pasrah.

Setelah sembuh, Darmi, ibunya Dahayu ingin memandikan anaknya dengan air hangat, karena selama sakit Dahayu tidak pernah mandi, hanya dilap dengan handuk kecil yang dibasahkan dengan air saja.

Darmi menjerang air untuk mandi Dahayu, karena udara di tempat tinggal mereka sangat dingin. Setelah airnya mendidih segera dituangkan ke dalam Ember  besar berwarna coklat. Kepulan asap dari air mendidih menutupi wajah Darmi, wajahnya berkeringat.  Setelah air panas dicampur dengan air dingin dan telah menjadi hangat-hangat kuku. Baru Darmi menggendong Dahayu ke kamar mandi.

Darmi kaget luar biasa ketika rambut Dahayu di keramas dan tangan  Darmi meremas-remas rambut anaknya, terasa ada gumpalan di kepala anaknya, gumpalan rambut seperti dikepang dan menyatu helai demi helai itu kecil. Tapi  Darmi tau itu rambut gimbal.

Darmi menatap wajah polos Dahayu yang sedang memainkan air di dalam Ember besar. Darmi menatap rambut gimbal anaknya antara rasa senang dan tidak senang, sebab  Ia tidak mau anaknya akan jadi sorotan masyarakat di tempat tinggalnya dan dianggap istimewa. Ia membayangkan masa kecil anaknya akan akan terganggu akibat rambut gimbalnya itu.

Sore menjelang malam, Paijo, suaminya pulang ke rumah, setelah suaminya mandi dan makan, barulah  Darmi menceritakan kondisi Putri tunggal mereka.

Paijo terdiam, dia punya pikiran yang sama dengan istrinya, tak mau Dahayu jadi sorotan orang-orang dan media karena rambut gimbalnya.

Hari pun berlalu dan untuk menyembunyikan kondisi Putrinya yang berambut gimbal, setiap keluar rumah Dahayu selalu dipakaikan penutup kepala, bisa berupa topi rajut atau kerudung.

Biasanya masyarakat sekitar senang bila anaknya berambut gimbal. Mereka percaya, anak perempuan  yang berambut gimbal adalah titisan dari Nyai Dewi Roro Ronce, salah satu abdi penguasa Laut Selatan, Nyai Roro Kidul. Sedang anak laki-laki yang berambut gimbal, masyarakat sekitar percaya mereka titisan Kyai Kaladete, sang Kyai dipercaya sebagai penguasa Dataran Tinggi Dieng, kini bersemayam di Telaga Balekambang.

Tapi tidak dengan orangtua Dahayu, entah kenapa  Darmi dan Paijo merasa malu anaknya berambut gimbal.  Dahayu dijaga penuh hati-hati, karena biasanya anak yang berambut gimbal berbeda dengan anak yang berambut normal lainnya. Dahayu tumbuh jadi anak yang super aktif.

Pada saat  Dahayu berusia 3 tahun, ketika para sesepuh mengumpulkan anak berambut gimbal untuk di ruwat, orangtua Dahayu memilih menyembunyikan Dahayu, mereka pergi keluar kota selama 1 minggu.

Masyarakat sebenarnya sudah curiga dengan sifat Dahayu yang berbeda dengan anak seusianya, ciri-ciri anak berambut gimbal ada pada  Dahayu.

Semakin bertambah besar, sifat Dahayu tidak terkontrol, bila keinginan tidak dituruti dia akan mengamuk dan menangis tak berhenti, sampai keinginannya tercapai.

Dari usia 1 tahun Dahayu sudah dikenalkan ke gawai, karena hanya gawai yang membuat dia diam. Sampai beranjak besar setiap hari Dahayu ditemani laptop dan gawai, entah apa yang dilihatnya karena ayah dan ibunya tidak pernah mengecek apa yang ditonton anaknya. Mereka berfikir yang penting Dahayu diam.

Usia 9 tahun Dahayu sudah terbiasa menyiksa binatang, seperti ayam, kucing bahkan burung Merpati peliharaan bapaknya. Para pembantu tidak ada yang berani melarang karena pasti akan ditendangnya

Orang tua Dahayu sudah kewalahan dengan sifat anaknya, atas saran istrinya, maka Paijo mengaku pada sesepuh Desa bahwa anaknya berambut gimbal dan setuju bila Dahayu harus di ruwat. Karena biasanya anak berambut gimbal setelah rambutnya dipotong sifatnya akan berubah. Harapan Paijo dan Darmi setelah rambut gimbal Dahayu dipotong, dia akan menjadi anak yang baik.

Setiap tahun, daerah tempat tinggal mereka selalu mengadakan ruwatan atau pemotongan rambut gimbal, dengan dipimpin oleh orang yang dituakan di daerah itu.

Syarat anak berambut gimbal boleh mengikuti ruwatan itu ketika berusia 3 tahun, karena mereka bisa meminta dan mengatakan sendiri apa yang mereka inginkan dan  orang tua wajib memenuhi keinginan anaknya, apapun itu agar rambut gimbal yang dipotong tidak tumbuh lagi.

~~~

Minggu pagi, di  Desa daerah Dataran Tinggi, tempat tinggal keluarga Paijo, yang biasanya sepi tampak ramai. Pagi itu sebanyak 19 anak berambut gimbal akan di ruwat. Anak-anak lain, jauh-jauh hari sudah menyebutkan keinginannya, ada yang minta es krim rasa melon, sepeda warna ungu, uang 100 rupiah, mobil-mobilan berwarna kuning dan biru dan masih banyak permintaan lainnya.  Semua orang tua  peserta ruwatan sudah menyiapkan keinginan anaknya masing-masing.

Hanya Dahayu yang belum menyebutkan keinginannya, dia hanya  tersenyum penuh arti ketika orang tuanya menanyakan keinginannya.

Di Alun-alun para pejabat dan tamu undangan sudah berkumpul, mereka bergantian memotong rambut anak-anak berambut gimbal. Dan mereka sudah diberi hadiah barang, sesuai keinginan masing-masing.

Tiba saatnya pak Lurah memotong  rambut Dahayu, setelah rambutnya dipotong dan disimpan dalam tembikar. Saatnya bagi Dahayu menyebutkan keinginannya.
Di bawah angin yang tiba-tiba saja bertiup kencang, dengan suara datar Dahayu berkata,
"Aku ingin jantung," kata Dahayu dingin sambil melirik tajam kepada pak Lurah yang baru saja memotong rambut gimbalnya.

ADSN1919

Catatan: tayang di secangkirkopibersama.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun