Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kidung Sunyi

9 September 2019   22:46 Diperbarui: 10 September 2019   08:35 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titik-titik malam semakin kelam, terdengar nyanyian sunyi menyayat hati, suara kesedihan  seorang perempuan, kidung sunyi berselimut air mata, menanti kekasih hati dijalan  sunyi.

Perempuan berkidung sunyi dengan tangan berlumur darah, menggenggam erat sebongkah hati, berhasil ia rebut kembali dari pencuri hati, melewati onak duri, menunggu di jalan sunyi.

Cinta sejati akan menemui, memberikan hatinya pada lelaki sunyi, kidung sunyi sebagai pertanda  bahwa ia pemenang pertarungan, tak ingin sebongkah hati tercuri.

---

Dalam pekat malam lelaki sunyi mendengar kidung sunyi, ia datangi perempuan kekasih hati, berjuang demi cinta sejati, sebongkah hati ditempatkan diruang hati terdalam, tak seorangpun akan mencurinya. Tak ingin kehilangan perempuan berkidung sunyi.

Hati lelaki sunyi tersimpan rapi pada rongga hati perempuan berkidung sunyi, hati itu masih utuh. Cinta mereka abadi di jalan sunyi. Selamanya.

Dipenghujung malam terdengar kidung sunyi berkisah cinta sejati di jalan sunyi.

ADSN1919

Jalan Sunyi, 090919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun