Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Terakhir

3 Agustus 2019   19:54 Diperbarui: 3 Agustus 2019   23:33 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-----------

"Haloo..,"

Kubalas sapaan suara seseorang di seberang  telepon. Aku tahu nomor telpon yang baru masuk itu adalah nomor telepon milik lelaki yang selama ini berstatus sebagai suamiku.

Setelah melipat surat yang rencananya akan kuberikan pada lelaki yang sudah dua puluh tahun lamanya hidup bersamaku, tanpa sadar aku tertidur masih dengan selembar surat di tanganku.  Dan suara dering telpon genggam milikku itu baru saja membangunkanku yang sempat tertidur setelah mencurahkan isi hatiku ke dalam surat ini.

"Hallo, selamat sore ini dari kepolisian, apa betul ini nomor ibu Andinni, istri dari bapak Rendy?"

"Betul pak, ada apa ya?"

"Ibu harap segera ke Rumah Sakit Nusantara. Ini menyangkut masalah bapak Rendy."

"Apa yang terjadi dengan bapak Rendy, pak?" Tanyaku pada suara di ujung telepon genggam itu.

"Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan lewat telepon, sebaiknya ibu segera ke Rumah Sakit kami tunggu bu, terima kasih, selamat sore."

Tuuut....tuuut...tuuut telepon terputus.

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun