Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Air Mata Ibu

20 Desember 2018   19:02 Diperbarui: 6 Februari 2019   19:52 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengalir deras bila buah hati tersakiti, walau tak bercerita hati ibu akan merasa, karenamu seorang ibu bisa rapuh, bisa juga kuat.

Jangan pernah menyakiti hati ibu, untukmu hati ibu bagai kaca yang mudah retak, buatlah ia tersenyum, hiasi wajahnya dengan cahaya  mentari, niscaya akan terlihat kehangatan di kedua matanya.

Meski kau kuat bagai arjuna, di mata seorang ibu, kau adalah anak kecil yang masih lucu, tak segan ia akan usap kepalamu, dan memasakan makanan kesukaanmu.

Jangan biarkan air mata ibu mengalir, jangan biarkan hati ibu terluka karenamu, ia akan menangis seharian, dan air mata itu tak akan pernah habis, senyummu adalah obat mujarab bagi seorang ibu.

Ingatlah ibumu selalu ada meski hatinya sering  kau sakiti, pelukan ibu tempat ternyaman yang pernah ada di dunia. Reribu maaf selalu ada untukmu.

ADSN, 201218

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun