Mohon tunggu...
Apri Wardana Ritonga
Apri Wardana Ritonga Mohon Tunggu... Guru - Guru Sukses

"Jika tekadmu sudah bulat maka berserah-dirilah kepada Allah Swt" (Q.S. 3:159)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sukses dengan Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

25 Oktober 2020   18:34 Diperbarui: 25 Oktober 2020   18:43 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu saya menghantarkan lamaran ke salah satu sekolah pavorit di Kota Malang, setelah saya yakinkan bahwa seluruh berkas yang dibutuhkan sudah lengkap dalam sebuah map hijau yang saya beli di sebuah kedai kecil di daerah saya tinggal, Grab Bike menjadi saksi perjalanan saya waktu itu, saya masih sangat ingat, ongkosnya Rp. 29.000 karena memang jarak dari tempat saya tinggal ke sekolah itu cukup jauh.

"assalamu'alaikum pak, saya ingin masukin lamaran ke sekolah ini", saya sampaikan ke salah seorang satpam penjaga gerbang sekolah tersebut. "nggeh pak, ngapunten nggeh", ia menjawabnya dengan bahasa Jawa yang waktu itu saya belum paham artinya. Ternyata saya langsung di arahkan ke bagian Tata Usaha yang ruangannya gak jauh dari pos satpam. "langsung ke bapak itu aja nggeh", pak satpam menunjuk salah seorang pegawai yang ada di ruangan tersebut, namanya pak AA. "siap pak, makasih yaah" saya timpali dengan nada Sumatera yang begitu jelas.

"ada yang bisa kami bantu pak" ? tanya Pak AA dengan nada khas Jawa Timur yang begitu lembut, "saya ingin masukin lamaran ke sekolah ini pak, karena menurut informasinya yang saya baca lembaga ini open recrutiment pegawai", sambil saya menyerahkan map hijau yang berisi berkas lamaran. "Pak Apri kegiatannya apa sekarang"?, Pak AA kembali bertanya setelah membaca sedikit surat lamaran saya, "saya mau nyambung kuliah S2 di UIN Malang, tapi ini baru mau ujian masuk pak", saya menjawab pertanyaan Pak AA santai. Memang tujuan saya ke Kota Malang adalah ingin melanjutkan kuliah S2, namun untuk biaya sehari-hari dan dan biaya perkuliahan saya harus cari kerja  agar bisa bertahan hidup di kota itu.

"Pak Apri, kita di sini (sekolah) sistem full day school baik murid maupun guru-gurunya, mahasiswa biasanya kita tolak, karena kita ingin guru-guru di sini fokus untuk mengajar", Pak AA mencoba menjelaskan sistem yang berlaku di sekolah itu. Karena rasa ingin tahu saya begitu tinggi dan prinsip pantang menyerah sebelum menjalani, saya mencoba meyakinkan Pak AA, "Pak, sistem dan regulasi yang berlaku di sekolah ini saya sudah tahu dan saya sudah baca itu di websaitnya sekolah, setidaknya terima saja lamaran saya ini dulu dan saya akan mengikuti seluruh proses seleksinya", dengan penuh rasa percaya diri, saya mecoba memantaskan diri di hadapan Pak AA bahwa saya cocok menjadi salah satu guru di sekolah itu. "baiklah, tunggu informasi selanjutnya, akan kami kabari melalui email", jawab Pak AA.  

Berselang tiga hari setelah lamaran itu saya hantarkan, masuklah pesan singkat di email saya dari lembaga tersebut yang berisi tentang surat keputusan nama-nama calon pegawai yang lolos seleksi administrasi , dari dua puluh orang nama-nama yang tercantum saya salah satu diantarnya. "alhamdulillah lolos seleksi tahap pertama", seraya saya bersyukur kepada Allah. Tahap kedua adalah Tes Potensi Dasar (TPD) online, karena lembaga modern dan maju, ujian berbasis online adalah hal yang biasa bagi mereka. Ujian tahap kedua ini sedikit menantang, kenapa tidak, seluruh peserta diminta untuk menuliskan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran dan terobosan yang akan disumbangkan pada lembaga tersebut.

Gak butuh waktu lama setelah TPD dilaksanakan, hasilnya pun keluar, seluruh pendaftar calon pegawai mendapat notifikasi melalui email masing-masing. Sebanyak dua belas dari dua puluh peserta dinyatakan lolos seleksi TPD dan saya salah satu diantaranya. "alhamdulillah satu tahapan seleksi lagi, harus optimis", pikirku dalam hati. Rabu, 28 Agustus 2019 jadwalnya untuk wawancara, dengan penuh percaya diri saya mengikuti rangkaian rekruitmen pegawai barau tersebut, bahkan saya sudah hadir di lokasi yang ditentukan 15 menit sebelum wawancara dimulai. Gak lupa saya sempatkan untuk menelvon mamak (ibu) meminta do'a agar diberi kemudahan. Alhasil, kalimat penolakan seperti halnya saat menghantarkan lamaran saya temukan lagi ketika wawancara, "pak Apri, sekolah kami sistem full day school, mahasiswa dan yang ada hubungan dinas dengan lembaga lain biasanya kami tolak, karena kami ingin seluruh guru di sini fokus untuk mengembangkan lembaga, mahasiswa yang sudah sidang akhir dan hanya tinggal menunggu wisuda saja juga kita gak terima pak", Beliau mencoba memberikan pemahaman kepada saya tentang sistem yang berlaku disekolahnya itu. Tanpa menunggu lama pernyataan beliau pun saya jawab dengan santai dan penuh keyakinan, "pak, kuliah S2 itu hanya dua hari saja, jika saya diterima lima harinya lagi akan saya dedikasikan untuk sekolah ini", beliau seolah-olah terpana mendengar jawaban dan ekspresi wajah saya yang penuh harap dan optimis. "baiklah, seluruh berkas lamaran dan jawaban pak Apri akan menjadi acuan bagi kami untuk menentukan nama-nama yang akan lolos seleksi, terimakasih", beliau menimpali. "Terimakasih kembali pak", sambil saya keluar dari ruangan beliau.

Ada empat tahapan wawancara yang harus dilalui, yaitu tes bacaan sholat, hafalan dan bacaan Qur'an beserta hukum tajwidnya, wawancara kompetensi dan komitmen dan yang terakhir FGD tentang pembelajaran dengan berbahasa Inggris dan atau Arab. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, saya kembali pulang dengan perasaan yang lega karena sudah turut mengambil bagian dalam proses seleksi di sekolah pavorit tersebut.
Setelah usaha yang maksimal dilakukan dan berharap kepada Allah untuk dimudahkan dalam segala urusan, untuk hasil dari seluruh rangkaian seleksi saya serahkan kepada dzat Yang Maha Kuasa, karena saya sangat yakin Sang Maha Pemberi Rezeki tidak pernah keliru dan tidak pernah salah dalam memberikan rezeki kepada hambanya, seberapa besar hasil yang kita peroleh saat ini adalah bentuk dari seberapa besar usaha yang kita lakukan.

Berselang tiga hari setelah tahapan wawancara, tepat pada hari Sabtu, 31 Agustus 2019, saya mendapat telvon dari salah satu pimpinan lembaga itu, "assalamu'alaikum, apakah saya sedang bicara dengan Pak Apri ?", tanya seorang perempuan berumur sekitar 40 tahun. "betul buk", saya jawab tanpa basa basi. "kami dari lembaga AAA (nama lembaga di samarkan), dari hasil wawancara kemarin semuanya baik pak, performa pak Apri juga bagus untuk menjadi guru di sini, tapi yang menjadi penghalang bagi kami adalah, bapak ingin melanjutkan kuliah. Tapi kalau bapak memang ingin bergabung di lembaga ini kami tawarkan menjadi guru PAI di SMA (saya masukin lamaran sebagai guru Al-Qur'an di SD), gimana pak ? kalau berminat kami tunggu sekarang di sekolah". Saya seperti mendapat hadiah besar setelah mendapat telvon dari beliau. "baik buk, saya segera ke sana", saya menutup telvon dengan penuh rasa syukur.

Selama di perjalanan menuju sekolah tersebut lisan saya gak henti-hentinya bersyukur kepada Allah, inilah jawaban dari seluruh usaha dan do'a yang dipanjatkan. Usaha dan do'a yang maksimal akan membuahkan hasil yang maksimal pula, rintangan dan hambatan dalam proses usaha adalah bumbu-bumbu pelezat saat menikmati hasil kerja kerasmu. Berusahalah, jangan takut untuk itu, lalu biarkan Allah yang akan membalasi usahamu. Kamis, 5 September 2019 saya mulai aktif menjadi guru di sekolah itu dan masih berlanjut sampai tulisan ini saya muat.

Apa jadinya saya kalau langsung mundur setelah mendapat penolakan? hal kecil yang pasti akan terjadi adalah saya akan bergantung kepada orang tua untuk biaya sehari-hari di kota ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun